I. Hutan Mangrove
1.1 Komposisi Jenis
Vegetasi dan Struktur Hutan Mangrove
Hutan mangrove adalah sebutan untuk sekelompok
tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut pantai. Hutan mangrove dikenal juga
dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan
payau. Kita sering menyebut hutan di pinggir pantai tersebutsebagai hutan
bakau.
Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat dinamakan
hutan mangrove. Istilah'mangrove' digunakan sebagai pengganti istilah bakau
untuk menghindarkan kemungkinan salah pengertian dengan hutan yang terdiri atas
pohon bakau Rhizophora spp. Karena bukan hanya pohon bakau yang tumbuh di
sana. Selain bakau, terdapat banyak jenis tumbuhan lain yang hidup di
dalamnya.
Ciri-ciri terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari
habitatnya yang unik, adalah:
·
memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;
·
memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti
jangkar melengkung danmenjulang pada bakau Rhizophora spp., serta akar
yang mencuat vertikal seperti pensilpada pidada Sonneratia spp. dan pada
api-api Avicennia spp.;
·
memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau
dapat berkecambah di pohonnya,khususnya pada Rhizophora
·
memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.
Sedangkan tempat hidup
hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-cirikhusus,
diantaranya adalah :
·
tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau
hanya tergenang padasaat pasang pertama;
·
tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari
darat;
·
daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut
yang kuat;
·
airnya berkadar garam (bersalinitas) payau (2 - 22 o/oo)
hingga asin
Menurut
struktur ekosistem, secara garis besar dikenal tiga tipe formasi mangrove,
yaitu :
•
Mangrove Pantai: tipe ini air laut dominan dipengaruhi air sungai. Struktur
horizontal formasi ini dari arah laut ke arah darat adalah mulai dari tumbuhan pionir (Avicennia sp), diikuti oleh komunitas campuran Soneratia alba, Rhizophora apiculata,
selanjutnya komunitas murni
Rhizophora sp dan akhirnya komunitas campuran
Rhizophora–Bruguiera. Bila genangan berlanjut, akan ditemui ko munitas mur
ni Nypa fructicans di belakang komunitas
campuran yang terakhir
•
Mangrove Muara: pengaruh oleh air laut sama dengan pengaruh air sungai.
Mangrove muara dicirikan oleh mintakat tipis Rhizophora spp. Di tepian alur,
diikuti komunitas campuran Rhizophora – Bruguiera dan diakhiri komunitas murni
N. fructicans
•
Mangrove sungai: pengaruh oleh air sungai lebih dominan daripada air laut, dan
berkembang pada tepian sungai yang relatif jauh dari muara. Jenis-jenis
mangrove banyak berasosiasi dengan komunitas daratan.
Berdasarkan
Bengen (2001), jenis-jenis pohon penyusun hutan mangrove, umumnya mangrove di
Indonesia jika dirunut dari arah laut ke arah daratan biasanya dapat dibedakan
menjadi 4 zonasi yaitu sebagai berikut :
1.
Zona Api-api – Prepat (Avicennia –
Sonneratia)
Terletak
paling luar/jauh atau terdekat dengan laut, keadaan tanah berlumpur agak lembek
(dangkal), dengan substrat agak berpasir, sedikit bahan organik dan kadar garam
agak tinggi. Zona ini biasanya didominasi oleh jenis api-api (Avicennia spp)
dan prepat (Sonneratia spp), dan biasanya berasosiasi dengan jenis bakau
(Rhizophora spp).
2.
Zona Bakau (Rhizophora)
Biasanya
terletak di belakang api-api dan prepat, keadaan tanah berlumpur lembek
(dalam). Pada umumnya didominasi bakau (Rhizophora spp) dan di beberapa tempat dijumpai
berasosiasi dengan jenis lain seperti tanjang ( Bruguiera spp )
3.
Zona Tanjang (Bruguiera)
Terletak
di belakang zona bakau, agak jauh dari laut dekat dengan daratan. Keadaan
berlumpur agak keras, agak jauh dari garis pantai. Pada umumnya ditumbuhi jenis
tanjang (Bruguiera spp) dan di beberapa tempat berasosiasi dengan jenis lain.
4.
Zona Nipah (N fruticans)
Terletak
paling jauh dari laut atau paling dekat ke arah darat. Zona ini mengandung air
dengan salinitas sangat rendah dibandingkan zona lainnya, tanahnya keras,
kurangdipengaruhi pasang surut dan kebanyakan berada di tepitepi sungai dekat
laut.Pada umumnya ditumbuhi jenis nipah (N fruticans) dan beberapa spesies
palem lainnya.
1.2 Pembahasan
Pada praktikum yang di
lakukan di Sungai Rawa terdapat berbagai macam vegetasi yang ada pada hutan
mangrove tersebut diantaranya api-api, bakau, nifah dan berembang. Dan terdapat
beberapa zonasi pada hutan mangrove tersebut, hal ini di pengaruhi karena
posisi dari vegetasi tersebut.
Api-api Berembang





Jawaban dari pertanyaan di halaman 12 tentang Hutan Mangrove
PERTANYAAN TENTANG
HUTAN MANGROVE
1. Bagaimana
terbentuknya tanah di hutan mangrove sungai rawa , perkirakan sumber tanah
mineral tersebut?
Pembentukan
tanah mangrove menurut Hachinohe et al.
(1999) dipengaruhi oleh
beberapa
faktor, yaitu :
1.
Faktor fisik yang mencakup transportasi hara oleh arus pasang, aliran air laut gelombang,
dan aliran sungai. Hara mangrove dibagi
atas hara inorganik dan detritus
organik. Hara inorganik penting adalah N dan P (jumlahnya sering terbatas),
serta K, Mg, dan Na (selalu cukup). Sumber hara inorganik adalah hujan, aliran
permukaan, sedimentasi, air laut dan bahan organik yang terdegradasi. Pasang
surut menentukan zonasi komunitas flora
dan fauna mangrove. Durasi pasang surut berpengaruh besar terhadap perubahan
salinitas pada areal mangrove. Salinitas
air menjadi sangat tinggi pada saat pasang naik, dan menurun pada saat pasang surut. Salinitas adalah kadar dari air
di ekosistem mangrove.
2.Faktor
fisik-kimia, misalnya penggabungan dari beberapa partikel oleh pengendapan dan
penguapan, tanah tempat mangrove hidup, dibentuk oleh akumulasi sedimen yang berasal dari
sungai, pantai atau erosi yang terbawa dari dataran tinggi sepanjang sungai
atau kanal. Sebagian tanah berasal dari akumulasi dan sedimentasi bahan-bahan
koloid dan partikel. Sedimen yang terakumulasi di suatu daerah mangrove dengan
lainnya memiliki karakteristik yang berbeda, tergantung pada sifat dasarnya,
sedimen yang berasal dari sungai berupa tanah berlumpur, sedangkan sedimen
pantai berupa pasir. Degradasi bahan-bahan organik yang terakumulasi sepanjang
waktu menurut Hachinohe et al. (1999)
juga merupakan bagian dari tanah mangrove.
Berdasarkan
hal tersebut, kita ketahui pembentukan tanah di hutan mangrove Sungai Rawa
terjadi karena adanya pasang surut dari aliran Sungai rawa tersebut yang akan
mengendapkan dan terjadi sedimentasi pada daerah tersebut dimana akan terbentuk
lumpur pada zona tersebut.
2. Kenapa
keanekaragaman vegetasinya rendah ?
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai,
daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena
merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut.
Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjo yang disebut akar
nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi
terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob.
Mangrove tidak atau sulit tumbuh di wilayah pesisir yang
terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut yang kuat, karena kondisi
ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur maupun pasir, substrat
yang diperlukan untuk pertumbuhannya (Hardjosentono, 1978).
Hutan mangrove mempunyai keanekaragaman jenis yang lebih
rendah dibandingkan hutan daratan, rendahnya keanekaragaman jenis pada hutan
mangrove disebabkan tumbuhan yang hidup di daerah ini harus beradaptasi dengan
genangan air laut dan salinitas yang tinggi. Jenis vegetasi mangrove mempunyai
bentuk khusus yang menyebabkan mereka dapat hidup di perairan yang dangkal
yaitu mempunyai akar pendek, menyebar luas dengan akar penyangga atau tundung
akarnya yang khas tumbuh dari batang dan atau dahan. Akar-akar dangkal sering
memanjang yang disebut ”pneumatofor” ke permukaan subtrat yang memungkinkan
mereka mendapatkan oksigen dalam lumpur yang anoksik dimana pohon-pohon ini
tumbuh. Daun-daunnya kuat dan mengandung banyak air dan mempunyai jaringan
internal penyimpan air dan konsentrasi garamnya tinggi. Beberapa jenis tumbuhan
mangrove mempunyai kelenjar garam yang menolong menjaga keseimbangan osmotik
dengan mengeluarkan garam (Nybakken, 1988).
3. Zonasi
vegetasinya yang terbentuk ?
Vegetasi
mangrove biasanya tumbuh di habitat mangrove membentuk zonasi mulai dari daerah
yang paling dekat dengan laut sampai dengan daerah yang dekat dengan daratan.
Pada kawasan delta atau muara sungai, biasanya vegetasi mangrove tumbuh subur
pada areal yang luas dan membentuk zonasi vegetasi yang jelas. Sedangkan pada
daerah pantai yang lurus, biasanya vegetasi mangrove tumbuh membentuk sabuk
hijau/green belt dengan komposisi yang hampir seragam (Nirarita,
dkk, 1996).
Identifikasi
zonasi didasarkan pada jenis mangrove atau kelompok jenis mangrove dan
dinamakan sesuai dengan jenis vegetasi yang dominan, yang tumbuh pada areal
tertentu. Beberapa faktor penting yang dianggap paling berperan dalam
pembentukan zonasi mangrove antara lain sebagai berikut :
a. pasang
surut air laut yang secara langsung mengontrol ketinggian muka air dan
salinitas air serta tanah
b. tipe
tanah yang berkorelasi langsung dengan aerase, draenase dan tinggi muka air
c. kadar
garam air dan tanah
d. cahaya
yang berkorelasi langsung dengan daya tumbuh semaian
e. pasokan
dan aliran air tawar
Pada
daerah hutan mangrove yang kita kunjungi, kita meenmukan beberapa vegetasi
diantaranya : Avicennia yang terletak pada zonasi yang paling dekat dengan
sungai rawa, dilanjutkan dengan bruguira pada bagian zonasi yang agak dalam
lagi, dan pada zonasi yang lebih dalam lagi, kita temukan Nypah Fructina.
4. System
perakaran pada hutan mangrove
Adaptasi flora mangrove terhadap
substrat lumpur dan kondisi tergenang antara lain sebagai berikut :
1. Akar pensil (pneumathophores). Akar berbentuk seperti
tonggak/pensil yang muncul dari sistem akar kabel dan memanjang secara vertikal
ke udara, misalnya pada Avicennia dan Sonneratia
2. Akar lutut (knee root). Akar lutut merupakan
modifikasi dari akar kabel yang pada awalnya tumbuh ke arah permukaan kemudian
melengkung menuju substrat lagi, misalnya pada Bruguiera
3.
Akar tunjang (stilt root).
Akar tunjang merupakan akar yang keluar dari batang pohon dan menancap ke dalam
substrat, misalnya pada Rhizopora dan Ceriops
4. Akar papan (buttres root). Akar ini mirip dengan
banir, melebar menjadi bentuk lempeng, misalnya padaHeritiera
5. Akar gantung (aerial root). Akar gantung merupakan
akar yang tidak bercabang yang muncul dari batang atau cabang bagian bawah tetapi
biasanya tidak mencapai substrat, misalnya pada Rhizopora, Avicenniadan Acanthus.
5. Apakah
anda melihat buah yang berkecambah di pohon?
Adaptasi lain yang penting diperlihatkan dalam
hal perkembang biakan jenis. Lingkungan yang keras di hutan bakau hampir tidak
memungkinkan jenis biji-bijian berkecambah dengan normal di atas lumpurnya.
Selain kondisi kimiawinya yang ekstrem, kondisi fisik berupa lumpur dan
pasang-surut air laut membuat biji sukar mempertahankan daya hidupnya.
Hampir semua jenis flora hutan bakau memiliki biji atau buah yang dapat mengapung, sehingga dapat tersebar dengan mengikuti arus air. Selain itu, banyak dari jenis-jenis mangrove yang bersifat vivipar: yakni biji atau benihnya telah berkecambah sebelum buahnya gugur dari pohon.
Hampir semua jenis flora hutan bakau memiliki biji atau buah yang dapat mengapung, sehingga dapat tersebar dengan mengikuti arus air. Selain itu, banyak dari jenis-jenis mangrove yang bersifat vivipar: yakni biji atau benihnya telah berkecambah sebelum buahnya gugur dari pohon.
Contoh yang paling dikenal barangkali adalah
perkecambahan buah-buah bakau (Rhizophora), tengar (Ceriops) atau
kendeka (Bruguiera). Buah pohon-pohon ini telah berkecambah dan
mengeluarkan akar panjang serupa tombak manakala masih bergantung pada
tangkainya. Ketika rontok dan jatuh, buah-buah ini dapat langsung menancap di
lumpur di tempat jatuhnya, atau terbawa air pasang, tersangkut dan tumbuh pada
bagian lain dari hutan. Kemungkinan lain, terbawa arus laut dan melancong ke
tempat-tempat jauh.
Buah nipah (Nypa fruticans) telah muncul
pucuknya sementara masih melekat di tandannya. Sementara buah api-api, kaboa (Aegiceras),
jeruju (Acanthus) dan beberapa lainnya telah pula berkecambah di pohon,
meski tak nampak dari sebelah luarnya. Keistimewaan-keistimewaan ini tak pelak
lagi meningkatkan keberhasilan hidup dari anak-anak semai pohon-pohon itu. Anak
semai semacam ini disebut dengan istilah propagul.
Propagul-propagul seperti ini dapat terbawa oleh
arus dan ombak laut hingga berkilometer-kilometer jauhnya, bahkan mungkin
menyeberangi laut atau selat bersama kumpulan sampah-sampah laut lainnya.
Propagul dapat ‘tidur’ (dormant) berhari-hari bahkan berbulan, selama
perjalanan sampai tiba di lokasi yang cocok. Jika akan tumbuh menetap, beberapa
jenis propagul dapat mengubah perbandingan bobot bagian-bagian tubuhnya,
sehingga bagian akar mulai tenggelam dan propagul mengambang vertikal di air.
Ini memudahkannya untuk tersangkut dan menancap di dasar air dangkal yang
berlumpur.
6.Apakah anda melihat
lentisel pada permikaan kulit batang?
Vegetasi
mangrove memiliki adaptasi anatomi dalam merespon berbagai kondisi eksrim
misalkan adanya kelenjar garam pada mangrove secreter dan melepasnya kulit sebagai tanggapan
terhadap lingkungan salin pada non-secreter,
selain itu sistem perakaran yang khas sebagai tanggapan terhadap tanah yang
jenuh air.
Pada jenis mangrove non-secreter kehilangan garam terjadi ketika
daun atau bagian tumbuhan lain gugur. Berdasarkan pada jenis mangrove non-secreter memiliki kulit luar yang mati yang
jauh lebih tebal dibandingkan jenis-jenis mangrove yang memiliki kelenjar
garam. Kulit luar yang mati dan tebal tersebut kemudian mengelupas dan lepas
dari tumbuhan serta digantikan oleh kulit yang baru. Hilangnya kulit yang mati
dan tebal pada jenis mangrove non-secreter merupakan salah satu mekanisme
hilangnya garam dari tumbuhan tersebut.
7.Apakah daun-daun di mangrove
memiliki konsistesi tebal atau tipis ?
Sebagian efek dari
penyerapan garam adalah gradasi yang secara nyata mengganggu keseimbangan air
pada mangrove. Dibawah kondisi yang sesuai, kecepatan tranpirasi mungkin
berlipat ganda atau lebih besar, meningkatnya konsentrasi garam pada permukaan
daun, sehingga perakaran dapat terbuka terhadap potensi osmotik. Berarti tidak
banyak berbeda dari potensial-potensial tekanan hidrostatik pada xilem. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya defisit air selama periode evapotranspirasi yang
tinngi. Sebagian besar jenis mangrove tumbuh diwilayah garis lintang rendah
yang radiasi matahari dan suhu udara umumnya tinggi. Akibatnya suhu daun lebih
tinggi dari suhu sekitarnya, memberikan defisit tekanan uap yang besar diantara
daun dan udara sekitarnya, meskipun secara normal terdapat kelembaban yang
tinngi pada lingkungan mangrove. Defisit tekanan uap antara daun mangrove dan
lingkungannya dapat mencapai 5 kPa. Walaupun tekanan uap besar,
evapotranspirasi dari daun mangrove dapat tinggi. Hampir semua jenis mangrove
daun-daunnya mempunyai sejumlah kenampakkan anatomi yang membatasi hilangnya
uap air. Hal ini mencakup kutikula yang tebal, lapisan lilin dan stomatayang
tersembunyi, yang semuanya terdapat hanya pada permukaan abaksial dari beberapa
jenis.
Suhu daun dan defisit
tekanan uap yang tinggi, dapat mengurangi daya hantar Listrik (DHL) daun
menjadi uap air. Meskipun demikian berkurangnya DHL pada daun secara drastis,
tidak mengganggu dalam meningkatkan defisit tekanan uap antara daun dan udara.
Dengan demikian hilannya air dari daun berkaitan dengan meningkatnya defisit
tekanan uap dan suhu daun. Uap air juga, menurun dengan meningkatnya salinitas.
Terjadinya perubahan besar dalam hal potensi daun, hanya akan memberikan
pengaruh yang sangat kecil terhadap perubahan kadar air pada jaringan.
Daun vegetasi mangrove
yang memiliki kutikula yang tebal, lapisan lilin, dan stomata yang tersembunyi
serta pengaturan posisi daun, sehingga radiasi sinar matahari terseleksi
sepanjang permukaan fotosintetik luas, sementara
pemasukan panas per unit luas daun dan suhu menjadi berkurang. Hal ini
merupakan adaptasi anatomi yang unik dari daun mangrove dalam mengatasi
cengkaman radiasi sinar matahari dan suhu yang tinggi.
II.
Hutan Rawa Gambut
2.1 Komposisi Jenis
Vegetasi dan Struktur Hutan Rawa Gambut
Ekositem Gambut, sebuah
ekosistem yang unik yang lapisannya tersusun dari timbunan bahan organik mati
yang terawetkan sejak ribuan tahun lalu, dan permukaan atasnya hidup berbagai
jenis tumbuahan dan satwa liar. Jika bahan organik di bawahnya dan kehidupan
diatasnya musnah, maka ekosistem ini tak dapat pulih kembali. Tanah gambut secara alami terdapat pada lapisan paling atas. Di
bawahya terdapat lapisan tanah alluvial pada kedalaman yang bervariasi. Lahan
dengan ketebalan tanah gabut kurang dari 50 cm disebut sebagai lahan atau tanah
bergambut. Disebut sebagai lahan gambut apabila ketebalan gambut lebih dari 50
cm. Dengan demikian, lahan gambut adalah lahan rawa dengan ketebalan gambut
lebih dari 50 cm.
secara spasial Hutan Rawa Gambut itu terletak dibagian tengah dari
lanskap lahan basah; Sumber air segar satu-satunya secara praktis adalah air
hujan, sehingga tak cukup untuk mendekomposisikan bahan organik yang ada, dan
meninggalkan genangan air yang kurang Oksigennya bahkan an-aerob (pE < 150
mV). Lapisan gambut bisa mencapai 10 m atau lebih
Pada bagian tepi sungai ke arah dalam, merupakan lahan yang
dikenal dengan lahan pasang sururt, air segar selalu berganti sehingga
lingkungannya aerob (banyak O2 nya); Vegetasi alami lahan ini, yang dapat
dijadikan indikator antara lain: Pulai (Alstonia spp), Jenis2 Nipah, Jabon, dan
asosiasi Galam. Lahan ini memiliki lapisan bawah tanah mineral (liat), bersifat
masam dan memiliki lapisan pirit. Dalam ilmu tanah dikenal dengan Inceptisol.
Satu lagi ada tipe lahan yang merupakan asosiasi vegetasi lanskape
inii adalah lahan yang berada di perbatasan dengan lahan kering (ke arah
daratan) yaitu vegetasi hutan kerangas (Heath Forest). Vegetasi ini ada dua
tipe, yaitu lapisan gambut berada di atas tanah mineral (Tanah Spodosol) dan
lapisan pasir kwarsa sampai ke lapisan subsoilnya.
Ada beberpa jenis pohon yang secara alami dapat ditemukan mulai
dari lahan pasang surut sampai ke arah rawa gambut (dommed) antara lain :
Belangiran (Shorea belangeran), Jelutung rawa (Dyera lowiii dan D. polyphylla),
Mertapat/Tanah
Pada
praktikum kita , kita mendapatkan Vegetasi tumbuh adalah jenis-jenis tanaman yang dominan seperti meranti (shorea spp), balam (palaquium spp), pandan (pandanus spp) dll. Berdasarkan struktur
pohon penysusun hutan rawa gambut ada dua macam tipe hutan yaitu : hutan
campuran dan hutan tiang. Hutan campuran ialah hutan yang vegetasinya lebih
beragam. Disini juga ditemukan stratifikasi tajuk yan lengkap mulai dari
tumbuhan bawah hingga pohon dengan ketinggian 40 meter, hutan rawa gambut di
kawasan SM. Danau Pulau Besar Danau Bawah banyak didominasi pandan-pandanan (Pandanus tectorius Soland).
2.2.
Pembahasan
Pada hutan
rawa gambut kita melakukan beberapa pengukuran dan menggambarkan pola hutan
tersebut, yaitu :
No
|
Nama Vegetasi
|
dbh
|
1.
|
Meranti Kuning
|
23 cm
|
2.
|
Mengkuang
|
14 cm
|
Pada pratikum ini, tidak di lakukan semua pengukuran
vegetasi dalam plot tersebut namun di ambil pohon yang paling besar kemudian
dilakukan pengukran dbh pada pohon di plot tersebut.
Dan
Penggambaran pola vertical dan horizontal juga dilakukan, yaitu :
1.Sebutkan
kondisi khas pada daerah rawa gambut ?
Kondisi hutan rawa
gambut yang kami rasakan. Pastinya memiliki ketebalan seresah yang cukup
tinggi, tanahnya yang lembab sehingga jika berjalan harus bisa memilih tanah-tanah
yang tidak memiliki ketebalan yang cukup tinggi. Kondisi factor edafik dihutan
rawa gambut lebih baik dibanding hutan mangrove dan hutan payau sehingga jenis
– jenis pohon yang tumbuh lebih banyak, perakarannya lebih tinggi, dan tajuk
nya melapis. Vegetasi pohon yang tumbuh mempunyai karakeristik adanya system
perakaran yang mendatar dan rapat. Tetapi keadaan dihutan rawa gambut lebih
rapuh, sehingga pada saat angin kencang tanamannya ada yang tumbang.
Lahan gambut di Indonesia pada umumnya
membentuk kubah gambut (peat dome). Pada bagian pinggiran kubah, didominasi
oleh oleh tumbuhan kayu yang masih memperoleh pasokan hara dari air tanah dan
sungai sehingga banyak jenisnya dan umumnya berdiameter besar. Hutan seperti
itu, disebut hutan rawa campuran (mixed swamp forest).
Menuju ke bagian tengah, letak air tanah
sudah terlalu dalam sehingga perakaran tumbuhan kayu hutan tidak mampu
mencapainya. Akibatnya vegetasi hutan hanya memperoleh hara dari air hujan. Vegetasi
mengalami perubahan, jenis-jenis kayu hutan semakin sedikit, relatif kurus dan
rata-rata berdiameter kecil. Vegetasi hutan seperti itu disebut hutan padang.
Gambut tebal yang terbentuk, umumnya bersifat masam dan miskin hara sehingga
memiliki kesuburan alami yang rendah sampai sangat rendah. Perubahan dari
wilayah pinggiran gambut yang relatif kaya hara menjadi wilayah gambut embrogen
yang miskin, diperkirakan terjadi pada kedalaman gambut antara 200-300 cm
(Suhardjo dan Widjaja-Adhi, 1976).
2. kedalaman gambut pada lokasi
praktek ?
Dilokasi kami melakukan praktikum
yaitu di hutan zamrut danau besar danau bawah kedalam gambutnya ± 6m
Site
Name
|
:
|
CAGAR
ALAM DANAU BAWAH AND PULAU BESAR
|
|||||||||||||||
Centerpoint
|
|||||||||||||||||
Latitude
|
:
|
|
|||||||||||||||
Altitude
|
:
|
|
|||||||||||||||
Area
|
:
|
|
|||||||||||||||
Status
|
:
|
||||||||||||||||
Legislation
|
:
|
SK
Mentan No.846/Kpts/Um/11/1980 , 25-10/80
|
|||||||||||||||
Tenure
|
:
|
Government
of Indonesia
|
|||||||||||||||
Province
|
:
|
Dari sumber wetland :
3. Mengapa seresah di hutan rawa gambut
lebiuh tebal di bandingkan di hutan dataran rendah lainnya ?
Seresah
hutan di rawa gambut lebih tebal di
karenakan dekomposisi seresah pada daerah tersebut tidak terjadi sepanjang
tahun sehingga dekomposisnya tidak berjalan cepat dan lancar sehingga dengan
gugurnya daun sepanjang tahun akan menambah komposisi seresah pada lahan gambut
tersebut.
4.Apakah anda menemukan jenis-jenis
tumbuhan yang hanya di temui di daerah gambut ?
Ada,
salah satunya yaitu mengkuang pada hutan rawa gambut ini. Hal ini dikarenakan
adaptasi mengkuang sangat tinggi sehingga tidak mudah untuk ditemukan di tempat
lain.
5.Ada
berapa strata tajuk yang anda di temukan pada hutan rawa gambut?
Strata
tujuk tanaman yang ditemui pada daerah hutan rawa gambut yaitu :
• kanopi ( lapisantajuk yang paling
atas )
• under stories ( tajuk tegakan
bawah/ anakan pohon yang menggantikan pohon- pohon yang mati.
• ground cover ( tajuk tanaman
penutup tanah, seperti: semak dan pakis.
• fores floor ( seresah – seresah
dan ranting – ranting tanaman yang jatuh dilantai hutan)
III.
Hutan Tanaman Industri di Rawa Gambut
3.1
Komposisi
Jenis Vegetasi dan Struktur Hutan Tanaman di Rawa Gambut
Dihutan tanaman yang
berada dilahan gambut, PT Arara Abadi Pusako menanam tanaman akasia dan
Ekaliptus, karena tanaman ini yang bagus
ditanah yang bergambut dan juga menguntungkan secara ekonomis. Disini jenis
tanaman akasia dan eukaliptus yang ditanam yaitu Acacia crassicarpadan EP 05
karena tanaman ini adaptasi nya lebih bagus dari pada akasia dan eukaliptus
jenis lain dilahan gambut. Tetapi disini tanaman eukaliptus tersebut hanya
percobaan, apabila tanaman ekaliptus ini tumbuh dengan bagus maka dilahan
gambut tersebut semuanya ditanam eukaliptus, karena tanaman eukaliptus ini
lebih menguntungkan dari pada tanaman akasia, baik dari segi ekonomi maupun
perawatan hingga pemanenan.
Struktur hutan tanaman
dirawa gambut yaitu terdapat konopi ( lapisan tajuk paling atas) groun cover ( tajuk tanaman penutup tanah
yang terdiri dari semsk dan pakis)
3.2 Praktek Pengelolaan
Hutan Tanaman di Rawa Gambut
No
|
Jenis
Pohon
|
Tt
|
Diameter Tajuk
|
Dbh
|
|
Nama Lokal
|
Nama Latin
|
(m)
|
(Cm)
|
(cm)
|
|
1
|
Eucalyptus
|
EP 05
|
8.3
|
110
|
6.36
|
2
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
9.1
|
110
|
6.11
|
3
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
7.8
|
115
|
7.76
|
4
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
7.6
|
113
|
7.00
|
5
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
8.7
|
112
|
8.54
|
6
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
9.0
|
111
|
7.3
|
7
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
9.5
|
110
|
9.9
|
8
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
9.3
|
110
|
8.12
|
9
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
8.7
|
115
|
8.3
|
10
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
7.9
|
116
|
8.8
|
11
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
8.3
|
118
|
7.1
|
12
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
7.6
|
117
|
7.96
|
13
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
7.4
|
118
|
6.49
|
14
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
7.6
|
115
|
7.32
|
15
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
7.6
|
118
|
7.33
|
16
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
8.1
|
117
|
8.82
|
17
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
7.4
|
118
|
6.68
|
18
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
7.6
|
115
|
6.36
|
19
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
9.2
|
114
|
7.2
|
20
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
9.1
|
118
|
8.59
|
21
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
8.2
|
110
|
7.13
|
22
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
9.3
|
112
|
8.28
|
23
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
9.3
|
113
|
9.49
|
24
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
9.6
|
114
|
7.96
|
25
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
8.3
|
116
|
7.7
|
26
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
8.1
|
117
|
8.21
|
27
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
7.4
|
110
|
7.61
|
28
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
8.2
|
112
|
6.57
|
29
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
8.5
|
113
|
7.11
|
30
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
7.7
|
114
|
7.21
|
31
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
7.7
|
117
|
8.20
|
32
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
7.9
|
115
|
7.06
|
33
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
7.4
|
118
|
9.25
|
34
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
7.3
|
113
|
9.10
|
35
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
8.0
|
110
|
8.35
|
36
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
8.1
|
114
|
7.25
|
37
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
8.0
|
113
|
7.12
|
38
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
9.2
|
112
|
6.27
|
39
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
9.1
|
114
|
6.21
|
40
|
Eucalyptus
|
EP
05
|
8.7
|
115
|
7.42
|
3.3 Pembahasan
Pada hutan tanaman di
daerah rawa gambut pada PT. Arara Abadi di lakukan praktek dengan mengambil
ukuran plot yang berdiameter 8,54 m pada tegakan eucalyptus dan di dapatkan 40
tegakan eucalyptus dalm ukuran plot tersebut dan memiliki diameter ataupun
lebar tajuk yang hampir sama karena ini merupakan tegakan dimana memiliki cirri
khas vegetasi yang sama ataupun tidak jauh berbeda.
1.
Sebutkan alas an pemilihan pohon
yang sejenis pada tanaman HTI tersebut ?
Alasan PT Arara Abadi menanami
akasia dan eukaliptus karena ke dua pohon tersebut adalah jenis pohon yang baik
untuk di jadikan Pulp maupun pemanfaatan dalam segi ekonomis yang baik. Dan
penanaman yang sejenis untuk mempermudah dalam hal penanaman sampai harvesting
karena lebih efisien.
Keunggulan
Varietas EP 05:
Tanaman
: pohon
dengan pertumbuhan sangat cepat, kurva pertumbuhan terus meningkat, cocok untuk
di dataran rendah dengan curah hujan tinggi, tajuk ramping; Batang :
bulat, silindris, lurus (tidak bengkok), seragam, kulit batang/kulit kayu tidak
beralur, tipis, halus, coklat keputihan, coklat abu-abu; tutul-tutul putih,
cabang kecil-kecil, menyebar; Daun : panjang sekitar 16-18 cm, lebar
sekitar 4-5 cm, bentuk memanjang, lebih panjang dari daun E. Pellita, tipe
lanset, tunggal, warna hijau keabuan sampai hijau kebiruan, tahan terhadap
penyakit karat daun; Tangkai bunga : panjang ibu tangkai sekitar 2 cm, panjang
tangkai bunga 0,5 cm dan warna hijau keunguan; Bunga : panjang bunga
sekitar 2,5 cm, diameter 0,6-0,8 cm, bentuk bagian atas operculum meruncing,
warna bunga bagian pucuk hijau, kekuningan di bagian bawahnya, pembungaan
pertama umur 4 tahun, dalam 1 ibu tangkai bunga ada 7 kuncup bunga (florets),
posisi keluar bunga diujung ranting/terminalis, inflorescence umbels, axillary,
paniculate di cabang-cabang, peduncle sepanjang 2 cm, hypanthium (calyx – tube)
turbinate, bagian pedicel sepanjang 1 cm; Buah : panjang buah sekitar
1,5 cm,diameter buah sekitar 0,9 cm,buahnya memundar di bagian atasnya,tanpa
garis-garis melingkar di tepiannya, bentuk karangan bunga, payung,
majemuk/bertingkat, formasi malai; Biji : panjang biji 2 mm, lebar 1 mm,
warna coklat kehitaman; Sifat kimia kayu (pada umur 5 tahun) : Pulpwood
properties : active alkali 20%, basic density 508 kg-OD/m3, pulp yield 51,8%,
pulpwood productivity 263 kg-OD Pulp / m3 wood, Food Fiber Propertie : fiber
length 0,93 mm, fiber coarseness 0,074 mg/mm, Wood Chemistry Properties :
extractives content 0,99%, cellulose content 53,9%, lignin content 27,2%;
Fingerprint : Computer language : 010010001100010000
Keunggulan
Acacia carssicarva :
Acacia
crassicarpa merupakan salah satu jenis akasia tropik
dan termasuk dalam famili Leguminosae, subfamili Mimosoidea (Turnbull 1986).
Akasia yang berasal dari Australia beradabtasi pada lingkungan yang bervariasi
baik iklim tropik maupun temperate, basah dan kering, asam dan basa serta salin
dan pada tanah yang tidak subur. Kemampuan adaptasi dan pertumbuhannya yang
cepat telah membuatnya menjadi terkenal untuk hutan tanaman di banyak Negara
dengan tanah terdegradasi pada berbagai kondisi iklim. Penyebaran jenis akasia
ini berada pada 8° Lintang Selatan - 20° Lintang Selatan, dan secara alami
tumbuh di Papua New Guinea, Irian Jaya bagian selatan dan Australia bagian
selatan (Turnbull 1986). Di Australia A. crassicarpa biasanya ditemukan
dibelakang garis pantai berbukit pasir, di atas dataran pantai dan kaki bukit.
Jenis ini dapat tumbuh hingga ketinggian 200 m dpl, bahkan pernah dijumpai pada
ketinggian sekitar 700 m dpl dengan sebaran terbanyak pada daerah bebas kabut,
dengan rerata curah hujan tahunan berkisar 1000-2500 mm. Pohon ini tumbuh pada
tipe tanah yang bervariasi termasuk pasir pantai yang berkapur, tanah kuning
yang berasal dari granit, tanah merah dengan bahan dasar vulkanik, podsolik
merah kuning dan tanah aluvial.
Turnbull
(1986) A. crassicarpa termasuk jenis dengan daya adaptasi dan toleransi
tinggi terhadap kondisi lingkungan yang buruk. Jenis ini dapat tumbuh pada
tanah dengan drainase buruk/tergenang, tanah berlumpur, tanah terdegradasi,
tanah berpasir. Kemampuan tumbuh yang baik pada berbagai tempat tumbuh, tipe
dan kondisi tanah yang buruk menyebabkan jenis ini banyak dipilih untuk
rehabilitasi lahan kritis dan konservasi tanah. A. crassicarpa termasuk
jenis yang tahan terhadap kekeringan, oleh karena itu jenis ini memiliki nilai
penting di daerah semi arid dan arid. A. crassicarpa termasuk jenis
cepat tumbuh (fast growing species), pertumbuhannya lebih dari 5 m
setelah 16 bulan (Harwood et al. 1993). Dari hasil uji jenis 12 tanaman
cepat tumbuh pada umur 14 bulan setelah penanaman, penambahan tinggi dan diameter
A. crassicarpa adalah yang terbaik disbanding dengan jenis-jenis akasia
dan tanaman cepat tumbuh lainnya (Jayusman 1992). Propenan asal papua New
Guinea merupakan jenis cepat tumbuh dibandingkan asal Queensland yang ditanam
di Australia, China dan Thailand (Hardwood et al.1993). Densitas kayu
sebesar 600-650 kg.m-3 lebih tinggi dibandingkan dengan A. mangium dan A.
auriculiformis (Clark et al. 1991) A. crassicarpa memiliki
tingkat ketergantungan yang tinggi dengan CMA dalam hal penyerapan
fosfor. Hasil penelitian Husin et al. (2000) menyatakan bahwa
inokulasi endomikoriza dari jenis Glomus sp 100-200 gram per pot pada
ultisol yang kahat P dapat meningkatkan laju pertumbuhan semai A.
mangium. Sedangkan hasil penelitian Lesueur dan Duponnois (2005) menunjukkan
simbiosis antara ektomikoriza dan CMA menguntungkan pertumbuhaan berbagai
provenan A. crassicarpa dan meningkatkan proses nodulasi oleh
Rhizobium. Oleh karena itu, pada kegiatan penanaman jenis ini, sangat
disarankan untuk melakukan inokulasi dengan CMA di persemaian untuk
meningkatkan pertumbuhannya yang terbaik dilapangan.
2. Berapa
daur panen dari tanaman HTI di PT.Arara Abadi?
Pada lahan gambut PT Arara Abadi
daur panen tanaman nya yaitu 5 tahun, karena pada 1 - 5 tahun peningkatan serat tanaman nya tinggi dari
pada 5 – seterusnya.
3. Bagaimana
stuktur hutan tanaman di rawa gambut ?
Struktur tanaman pada hutan tanaman
rawa gambut aliran airnya diatur oleh bendungan air baik inlet(Asupan air
masuk) dan outlet (Saluran pembuangan) .Dalam pengembangan tata air di kawasan
hutan gambut harus dibagai berdasarkan zonasi antar dua sungai, sehingga
keberadaan sungai menjadi kunci dalam penentuan zonasi. Kawasan bergambut yang
berfungsi sebagai daerah resapan air bagi daerah di bawahnya adalah daerah pada
bagian puncak kubah gambut (peat dome), yang dari segi topografi merupakan daerah atas dan perlu dilindungi
supaya fungsi hidrologisnya dapat dipertahankan.
Fungsi hidrologisnya adalah menyerap dan menyimpan air pada musim hujan sehingga banjir akibat limpasan
permukaan (runoff) di daerah bawahnya dapat dikendalikan, dan melepasnya secara
perlahan-lahan dalam bentuk aliran air bawah permukaan pada musim kemarau sehingga
kedalaman air tanah dan kebakaran hutan di daerah bawahnya dapat dikendalikan. batas
dimana luasan Kawasan Lindung perlu dipertahankan supaya fungsi perlindungannya
untuk kawasan budidaya HTI di bawahnya dapat terjamin keberlanjutannya.
Besarnya kemampuan menyimpan air di kubah gambut secara volumetrik tergantung
pada besarnya porositas tanah gambut dan beda elevasi antara E1 dan
E2.
Porositas tanah gambut tergantung pada tingkat kematangan tanah gambut. Di
daerah kubah gambut umumnya kematangannya rendah (Fibrik) karena lahan sering
tergenang dengan proses oksidasi yang terhambat. Sifat fisik tanah gambut pada
tingkat kematangan fibrik adalah nilai porositas 80% ~ 90% volume, lengas tanah
pada kapasitas lapang sekitar 45% volume, berat jenis 0,2 gr/cm3,
permeabilitas sekitar 53 – 69 cm/hari (rata-rata 61 cm/hari).

4.
HUTAN TROPIS DI DATARAN RENDAH
4.1 Komposisi Jenis
Vegetasi Dan Struktur Hutan Tropis Dataran Rendah.
Vegetasi
hutan dataran rendah memiliki keunikan tersendiri.Dua karakteristik utama yang
membedakan hutan dataran rendah dengan bioma terestrial lainnya adalah
tingginya kerapatan jenis pohon dan status konservasi tumbuhannya yang hampir
sebagian besar dikategorikan jarang secara lokal (Clark et al.,
1999).Komposisi jenis dan keanekaragaman tumbuhan di hutan tergantung pada
beberapa faktor lingkungan seperti kelembaban, nutrisi, cahaya matahari,
topografi, batuan induk, karateristik tanah, struktur kanopi dan sejarah
tataguna lahan (Hutchincson et al., 1999).
Vegetasi
yang tumbuh seperti : Shorea sp,
Diipterocarpus, vatica sp, Dryobalanops,
dll
Sedangkan
struktur hutan tropis dataran rendah diseluruh dunia sangat mirip, tetapi dari
segi floristsk ada perbedaan yang nyata. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari
dominasi jenis atau family pohon pada wilayah tertentu atau pada kondisi tempat
tumbuh tertentu.
4.2 Pembahasan
Pada pengambilan plot di dataran rendah
dan di arboretum pada ukuran plot 20x20 m maka didapatkan data sebagai berikut
:
PLOT 2X2 meter
No
|
SEMAI
|
TINGGI(cm)
|
1
|
SM A 1
|
10
|
2
|
SM A 2
|
35
|
3
|
SM B
|
100
|
4
|
SM C 1
|
115
|
5
|
SM C 2
|
80
|
6
|
SM C 3
|
75
|
7
|
SM D 1
|
74.3
|
8
|
SM D 2
|
88.2
|
9
|
SM E 1
|
16
|
10
|
SM E 2
|
70.3
|
11
|
SM F
|
85.4
|
SAPIHAN 5X5 meter
NO
|
NAMA
|
TINGGI(cm)
|
Dbh (cm)
|
1
|
SP A 1
|
160
|
4.3
|
2
|
SP A 2
|
170
|
5.7
|
3
|
SP B 1
|
300
|
6.5
|
4
|
SP B 2
|
250
|
7.8
|
5
|
SP C
|
200
|
5.2
|
6
|
SP D 1
|
180
|
6.4
|
7
|
SP D 2
|
300
|
9.2
|
8
|
SP E
|
200
|
3.7
|
TIANG 10X10 meter
NO
|
NAMA
|
TINGGI(m)
|
Dbh
(Cm)
|
1
|
TG
A 1
|
10
|
14.7
|
2
|
TG
A 2
|
15
|
16.4
|
3
|
TG
B 1
|
22
|
19.5
|
4
|
TG
B 2
|
8
|
12.2
|
5
|
TG
C
|
7
|
11.3
|
6
|
TG
D
|
13
|
15.6
|
7
|
TG
E1
|
16
|
17.4
|
8
|
TG
E 2
|
18
|
18.9
|
9
|
TG
E 3
|
9
|
11.1
|
10
|
TG
F 1
|
5
|
13
|
11
|
TG
F 2
|
6
|
12.5
|
POHON 20X20 meter
NO
|
NAMA
|
TINGGI
(m)
|
Dbh
(Cm)
|
1
|
Kulim
|
24
|
29.4
|
2
|
Meranti
1
|
27
|
30.2
|
3
|
Meranti
2
|
28
|
31.5
|
4
|
Meranti
3
|
30
|
32.7
|
5
|
Menpening
|
28
|
28.5
|
6
|
PH
A 1
|
24
|
26.8
|
7
|
PH
A 2
|
23
|
27.5
|
8
|
PH
B
|
26
|
30.1
|
9
|
PH
C
|
25
|
28.4
|
10
|
PH
D 1
|
29
|
32.1
|
11
|
PH
D 2
|
28
|
30.5
|
POLA HORIZONTALdi
Arboretum

POLA
VERTIKAL di Arboretum

Pada
arboretum ini selain terdapat vegetasi berupa meranti, petatai, menpening,
kelat , mendarahan, kulim , meranti pirang dan sebagainya juga terdapat
konservasi gajah di tempat tersebut dengan gajah tertua berumur 33 tahun
bernama Nando. Dan juga pada pengukuran plot 20x20 meter terdapat beberapa
anakan hingga pohon dan belum semua di ketahui nama-nama dari vegetasi
tersebut.
PERTANYAAN Hal. 16
1. Sebutkan
kondisi lingkungan yang khas pada daerah dataran tersebut ?
Kondisi
lingkungan pada daerah hutan dataran rendah ini sangat berbeda dengan
diluarnya, karena dihutan ini tedapat tajuk – tajuk pohon yang cukup rapat
sehingga menutupi arah datangnya sinar matahari dan akibatnya suhu yang berada
didalam nuyan tersebut lebih rendah dibandinhkan diluarnya, begitu juga dengan kelembaban
didalam hutan tersebut lebih tinggi dari pada diluarnya
Hutan di daerah datarn rendah adalah
suatu masyarakat kompleks merupakan tempat yang menyediakan pohon dari berbagai
ukuran. Dalam buku ini istilah kanopi hutan digunakan sebagai suatu yang
umum untuk menjelaskan masyarakat tumbuhan keseluruhan di atas bumi. Di dalam
kanopi iklim micro berbeda dengan diluarnya; cahaya lebih sedikit, kelembaban
sangat tinggi, dan temperatur lebih rendah. Banyak dari pohon yang lebih kecil
berkembang dalam naungan pohon yang lebih besar di dalam iklim mikro inilah
terjadi pertumbuhan. Di atas bentuk pohon dan dalam iklim mikro dari cakupan
pertumbuhan kanopi dari berbagai jenis tumbuhan lain: pemanjat, epiphytes,
mencekik, tanaman benalu, dan saprophytes.
Pohon dan kebanyakan dari tumbuhan lain
berakar pada tanah dan menyerap unsur hara dan air. Daun-Daun yang gugur,
Ranting, Cabang, dan bagian lain yang tersedia; makanan untuk sejumlah inang
hewan invertebrata, yang penting seperti rayap, juga untuk jamur dan
bakteri. Unsur hara dikembalikan ke tanah lewat pembusukan dari bagian yang
jatuh dan dengan pencucian dari daun-daun oleh air hujan. Ini merupakan ciri
hutan hujan tropis yang kebanyakan dari gudang unsur hara total ada dalam
tumbuhan; secara relatif kecil di simpan dalam tanah.
Di dalam kanopi hutan, terutama di hutan
dataran rendah, disana hidup binatang dengan cakupan luas, hewan veterbrata dan
invertebrata, beberapa yang makan bagian tumbuhan, yang memakan hewan. Hubungan
timbal balik kompleks ada antara tumbuhan dan binatang, sebagai contoh, dalam
hubungan dengan penyerbukan bunga dan penyebaran biji. Beberapa tumbuhan, yang
disebut myrmecophytes, menyediakan tempat perlindungan untuk semut di dalam
organ yang dimodifikasi. Banyak tumbuhan, menghasilkan bahan-kimia yang berbisa
bagi banyak serangga dan cara ini untuk perlindungan diri dari pemangsaan.
Keseluruhan masyarakat organik dan lingkungan phisik dan kimianya bersama-sama
menyusun dasar ekosistem pada hutan hujan tropis
2. Apakah
ada anakan pohon dan beberapa jenis pohon yang di jumpai?
Iya ada beberapa anakan
pohon yang di jumpai pada plot tersebut dan beberapa jenis pohon lainnya karena
tidak hanya da ssatu vegetasi saja namun beranekamacamnya.
3. Adakah
strata tajuk yang di temukan ?
Pada
hutan tropis didataran rendah terdaoat 3 – 4 strata tajuk, serta pohon – pohon
didaerah hutan ini juga memiliki akar banir yang besar yaitu pada tanaman
meranti.
4. Tumbuhan
jenis bawah apa saja yanganda temui ?
Dan juga ditemukan tumbuhan bawah berupa
semak-semak pada daerah tersebut.
5. HUTAN TANAMAN DITANAH MINERAL
5.1
Komposisi Jenis Vegetasi Dan Struktur Tanaman Ditanah Mineral
Hutan
tanaman ditanah mineral milik PT Arara Abadi Distri Rasau Kuning menanam
tanaman ekaliptus, karena tanaman ekaliptus ini lebih menguntungkan secara ekonomi,
perawatan dan proses pemanenan.
Sedangkan
struktur tanaman dihutan tanaman ditanah mineral yaitu terdiri dari kanopi ( tajuk yang paling atas ) dan tajuk tanaman
penutup tanaah seperti, semak, rumput pakis dan perdu.
Pada
saat melakukan praktikum dilapangan karyawan PT Arara Abadi saat melakukan
proses pemanenan, pengupasan kulit tanaman dan menanam bibit ekaliptus pada
lahan yang telah disiapkan. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan sen cao dan
traktor untuk mempermudah proses pemanenan.
5.2 Praktek Pengelolaan Hutan Ditanah Mineral
Di
PT Arara Abadi proses pengelolaan hutannya telah diatur oleh perusahaan
tersebut, supaya berjalan dengan lancer. Buktinya didalam Hutan Tanaman
Industri ( HTI ) tersebut telah ditetapkan berupa:
• Areal tanaman pokok yaitu ± 70 %
• Areal tanaman unggulan ± 10 %
• Areal tanaman kehidupan ± 5 %
• Areal tanaman konservasi ± 10 %
• Areal sarana dan prasarana ± 5 %
Dari hal diatas sudah jelas berapa
lahan yang boleh diolah dan kemudian dipanen dan ini merupakan ketetapan /
peraturan perusahan.
Dihutan tanaman mineral mahasiswa
UR hanya melakukan proses penanaman bibit ekaliptus dilahan yang telah siap
tanam. Cara penanaman:
• pilih bibit yang sudah siap
ditanam dilapangan, salah satu cirinya akarnya kompak, umur 4 bulan, daun 3 – 4
pasang.
• tokok tabung bibit pada bibir
tabung, hal ini dilakukan supaya akar bibit yang ada didalam tabung tersebut
tidak rusak.
• siapkan lobang tanam, dengan
menggunakan tugal.
• tanaman bibit ekaliptus tersebut
kelubang tanam yang telah disiapkan
• dipadatkan, dengan cara
memadatkan disekeliling bibit tanda tanah tersebut sudah padat yaitu apabila
bibit dicabut / digoyang – goyang bibit tidak tumbang atau tercabut.
5.3
Pembahasan
PT
Arara Abadi memilih tanaman ekaliptus untuk ditanaman ditanah mineral, karena
tanaman eukaliptus ini lebih menguntengkan secara ekonomi, perawatan dan
pemanenan.
Diperusahan
PT Arara Abadi telah menetapkan bahwa daur panen untuk tanaman ditanah mineral
yaitu 5 tahun setelah tanam, karena pada saat tanaman umur 5 tahun serat
tanaman nya sudah bagus dan peningkatan serat 1-5 tahun lebih tinggi
dibandingkan dari 5 tahun keatasnya.
Struktur hutan tanaman ditanah
mineral yaitu:
• kanopi = lapisan tajuk paling atas
• under stories =
tegakan bawah
• groun cover = tanaman
penutup tanah, seperti rumput- rumputan, semak, perdu
• forest floor = lantai hutan, terdiri seresah dan ranting tanaman.
6.PEMBAHASAN
DAN KESIMPULAN UMUM
Pada pratikum yang kita lakukan ini
selain mengenal kawasan hutan mangrove, hutan rawa gambut dan tanah mineral.
Kita juga akan mengenal vegetasi yang ada didalmnya , bentuk perakrannya dan
yang mempengaruhi terbentuk ada tidaknya zonasi tersebut. Kita juga mengenal
secara langsung bagaimana proses yang dilakukan PT.Arara Abadi dalam
pengelolaan hutan dan mendapatkan nilai ekonomis tanpa merugikan factor
biologis keadaan tanah tersebut.
Keadaan hutan alam dari tanah mineral
dan lahan gambut :
Pada
lahan gambut dan lahan mineral, kita keatahui bahwasanya pada lahan gambut
unsure hara yang dimiliki tidaklah banyak sehingga hanya vegetasi yang dapat
beradaptasi tinggi yang mampu hidup disana di tanah memiliki PH tanah yang
cukup rendah, namun Ekosistem tanah gambut merupakan ekosistem yang unik.
Kawasan ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan ekosistem lain baik
secara fisik maupun kimianya. Hal ini memungkinkan bahwa ekosistem ini dihuni
oleh spesies-spesies endemik, baik tumbuhan maupun hewan. Sedangkan pada tanah mineral kita dapat
melihat beberapa vegetasi disana.
Perbandingan keadaan
hutan tanamn di meral dan gambut :
Pada distrik pusako di tanam
Acacia carssicarpa dan Eucalyputus jenis EP 05, sedangkan pada daerah distrik
rasau kuning di tanam eucalyptus campuran klon dengan jenis vegetasi lainnya.
•
Persamaan
Dilihat
dari fungsi hutan secara umum atau secara spesifik yaitu untuk menjaga
kesetimbangan alam. seperti tempat hidup, makan dan berkembang biaaknya flora
dan fauna, untuk mengurangi polusi udara, mencegah erosi dll.
•
Perbedaan
Dari
semua tipe hutan ini jenis vegetasinya berbeda ini dikarnakan karena factor
edafik atau factor tumbuh tanaman tersebut, karena itu vegetasinya berbeda dan
cara tanaman tersebut beradaptas dengan lingkungannya berbeda.
DAFTAR
PUSTAKA
Anderson,
JAR, 1964. The structure and development of the peat swamps of Sarawak and
Brunei.Journal of Tropical Geography, 18: 7-16.
Anderson,
JAR, 1983. The tropical peat swamps of Western Malesia. In: Gore, A.J.P.
(ed.), Ecosystem of the World, Vol. 4B: Mires: Swamp, Bog, Fen and Moor.
Elsevier, Amsterdam.
2011-03-02 |
Andri Yudista (http://tnlkepulauanseribu.net/index.php?which=49)
http://www.lablink.or.id/Eko/Wetland/lhbs-mangrove.htm
Giesen, dkk,
- , A Field Guide of Indonesian Mangrove , Bogor : Wetlands
International-Indonesian Programme
Hachinoe, dkk , 1998 , Manual
Persemaian Mangrove – di Bali , Denpasar : PT. Indografika Utama
Komentar
Posting Komentar