Langsung ke konten utama

Praktek Umum Kehutanan (Hutan Mangrove)

I.      Hutan Mangrove

1.1 Komposisi Jenis Vegetasi dan Struktur Hutan Mangrove
Hutan mangrove adalah sebutan untuk sekelompok tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut pantai. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan payau.  Kita sering menyebut hutan di pinggir pantai tersebutsebagai hutan bakau.  

Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat dinamakan hutan mangrove. Istilah'mangrove' digunakan sebagai pengganti istilah bakau untuk menghindarkan kemungkinan salah pengertian dengan hutan yang terdiri atas pohon bakau Rhizophora spp.  Karena bukan hanya pohon bakau yang tumbuh di sana.  Selain bakau, terdapat banyak jenis tumbuhan lain yang hidup di dalamnya.

Ciri-ciri terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik, adalah:
·         memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;
·         memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung danmenjulang pada bakau Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti pensilpada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.;
·         memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya,khususnya pada Rhizophora
·         memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.
Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-cirikhusus, diantaranya adalah :
·         tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang padasaat pasang pertama;
·         tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;
·         daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;
·         airnya berkadar garam (bersalinitas) payau (2 - 22 o/oo) hingga asin
Menurut struktur ekosistem, secara garis besar dikenal tiga tipe formasi mangrove, yaitu :
• Mangrove Pantai: tipe ini air laut dominan dipengaruhi air sungai. Struktur horizontal formasi ini dari arah laut ke arah darat adalah mulai dari tumbuhan  pionir (Avicennia  sp), diikuti oleh komunitas campuran  Soneratia alba, Rhizophora apiculata, selanjutnya komunitas murni  Rhizophora  sp  dan akhirnya komunitas campuran Rhizophora–Bruguiera. Bila genangan berlanjut, akan ditemui ko munitas mur ni  Nypa fructicans di belakang komunitas campuran yang terakhir
• Mangrove Muara: pengaruh oleh air laut sama dengan pengaruh air sungai. Mangrove muara dicirikan oleh mintakat tipis Rhizophora spp. Di tepian alur, diikuti komunitas campuran  Rhizophora –  Bruguiera dan diakhiri komunitas murni N.  fructicans
• Mangrove sungai: pengaruh oleh air sungai lebih dominan daripada air laut, dan berkembang pada tepian sungai yang relatif jauh dari muara. Jenis-jenis mangrove banyak berasosiasi dengan komunitas daratan.
Berdasarkan Bengen (2001), jenis-jenis pohon penyusun hutan mangrove, umumnya mangrove di Indonesia jika dirunut dari arah laut ke arah daratan biasanya dapat dibedakan menjadi 4 zonasi yaitu sebagai berikut :
1.      Zona Api-api – Prepat (Avicennia – Sonneratia)
Terletak paling luar/jauh atau terdekat dengan laut, keadaan tanah berlumpur agak lembek (dangkal), dengan substrat agak berpasir, sedikit bahan organik dan kadar garam agak tinggi. Zona ini biasanya didominasi oleh jenis api-api (Avicennia spp) dan prepat (Sonneratia spp), dan biasanya berasosiasi dengan jenis bakau (Rhizophora spp).
2.      Zona Bakau (Rhizophora)
Biasanya terletak di belakang api-api dan prepat, keadaan tanah berlumpur lembek (dalam). Pada umumnya didominasi bakau (Rhizophora  spp) dan di beberapa tempat dijumpai berasosiasi dengan jenis lain seperti tanjang ( Bruguiera spp )
3.      Zona Tanjang (Bruguiera)
Terletak di belakang zona bakau, agak jauh dari laut dekat dengan daratan. Keadaan berlumpur agak keras, agak jauh dari garis pantai. Pada umumnya ditumbuhi jenis tanjang (Bruguiera spp) dan di beberapa tempat berasosiasi dengan jenis lain.
4.      Zona Nipah (N fruticans)
Terletak paling jauh dari laut atau paling dekat ke arah darat. Zona ini mengandung air dengan salinitas sangat rendah dibandingkan zona lainnya, tanahnya keras, kurangdipengaruhi pasang surut dan kebanyakan berada di tepitepi sungai dekat laut.Pada umumnya ditumbuhi jenis nipah (N fruticans) dan beberapa spesies palem lainnya.
1.2  Pembahasan
Pada praktikum yang di lakukan di Sungai Rawa terdapat berbagai macam vegetasi yang ada pada hutan mangrove tersebut diantaranya api-api, bakau, nifah dan berembang. Dan terdapat beberapa zonasi pada hutan mangrove tersebut, hal ini di pengaruhi karena posisi dari vegetasi tersebut.
Api-api                                  Berembang                          






           Pedada                                                        Bakau












Jawaban dari pertanyaan di halaman 12 tentang Hutan Mangrove
PERTANYAAN TENTANG HUTAN MANGROVE
1.      Bagaimana terbentuknya tanah di hutan mangrove sungai rawa , perkirakan sumber tanah mineral tersebut?
Pembentukan tanah mangrove menurut Hachinohe et  al. (1999) dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor fisik yang mencakup transportasi hara oleh arus pasang, aliran air laut gelombang, dan aliran sungai.  Hara mangrove dibagi atas  hara inorganik dan detritus organik. Hara inorganik penting adalah N dan P (jumlahnya sering terbatas), serta K, Mg, dan Na (selalu cukup). Sumber hara inorganik adalah hujan, aliran permukaan, sedimentasi, air laut dan bahan organik yang terdegradasi. Pasang surut menentukan zonasi  komunitas flora dan fauna mangrove. Durasi pasang surut berpengaruh besar terhadap perubahan salinitas pada areal mangrove.  Salinitas air menjadi sangat tinggi pada saat pasang naik, dan menurun pada saat  pasang surut. Salinitas adalah kadar dari air di ekosistem mangrove.

2.Faktor fisik-kimia, misalnya penggabungan dari beberapa partikel oleh pengendapan dan penguapan, tanah tempat mangrove hidup, dibentuk  oleh akumulasi sedimen yang berasal dari sungai, pantai atau erosi yang terbawa dari dataran tinggi sepanjang sungai atau kanal. Sebagian tanah berasal dari akumulasi dan sedimentasi bahan-bahan koloid dan partikel. Sedimen yang terakumulasi di suatu daerah mangrove dengan lainnya memiliki karakteristik yang berbeda, tergantung pada sifat dasarnya, sedimen yang berasal dari sungai berupa tanah berlumpur, sedangkan sedimen pantai berupa pasir. Degradasi bahan-bahan organik yang terakumulasi sepanjang waktu menurut  Hachinohe et al. (1999) juga merupakan bagian dari tanah mangrove.
Berdasarkan hal tersebut, kita ketahui pembentukan tanah di hutan mangrove Sungai Rawa terjadi karena adanya pasang surut dari aliran Sungai rawa tersebut yang akan mengendapkan dan terjadi sedimentasi pada daerah tersebut dimana akan terbentuk lumpur pada zona tersebut.

2.      Kenapa keanekaragaman vegetasinya rendah ?
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjo yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob.
Mangrove tidak atau sulit tumbuh di wilayah pesisir yang terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut yang kuat, karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur maupun pasir, substrat yang diperlukan untuk pertumbuhannya (Hardjosentono, 1978).
Hutan mangrove mempunyai keanekaragaman jenis yang lebih rendah dibandingkan hutan daratan, rendahnya keanekaragaman jenis pada hutan mangrove disebabkan tumbuhan yang hidup di daerah ini harus beradaptasi dengan genangan air laut dan salinitas yang tinggi. Jenis vegetasi mangrove mempunyai bentuk khusus yang menyebabkan mereka dapat hidup di perairan yang dangkal yaitu mempunyai akar pendek, menyebar luas dengan akar penyangga atau tundung akarnya yang khas tumbuh dari batang dan atau dahan. Akar-akar dangkal sering memanjang yang disebut ”pneumatofor” ke permukaan subtrat yang memungkinkan mereka mendapatkan oksigen dalam lumpur yang anoksik dimana pohon-pohon ini tumbuh. Daun-daunnya kuat dan mengandung banyak air dan mempunyai jaringan internal penyimpan air dan konsentrasi garamnya tinggi. Beberapa jenis tumbuhan mangrove mempunyai kelenjar garam yang menolong menjaga keseimbangan osmotik dengan  mengeluarkan garam (Nybakken, 1988).
3.      Zonasi vegetasinya yang terbentuk ?
Vegetasi mangrove biasanya tumbuh di habitat mangrove membentuk zonasi mulai dari daerah yang paling dekat dengan laut sampai dengan daerah yang dekat dengan daratan. Pada kawasan delta atau muara sungai, biasanya vegetasi mangrove tumbuh subur pada areal yang luas dan membentuk zonasi vegetasi yang jelas. Sedangkan pada daerah pantai yang lurus, biasanya vegetasi mangrove tumbuh membentuk sabuk hijau/green belt dengan komposisi yang hampir seragam (Nirarita, dkk, 1996).
Identifikasi zonasi didasarkan pada jenis mangrove atau kelompok jenis mangrove dan dinamakan sesuai dengan jenis vegetasi yang dominan, yang tumbuh pada areal tertentu. Beberapa faktor penting yang dianggap paling berperan dalam pembentukan zonasi mangrove antara lain sebagai berikut :

a. pasang surut air laut yang secara langsung mengontrol ketinggian muka air dan salinitas air serta tanah
b. tipe tanah yang berkorelasi langsung dengan aerase, draenase dan tinggi muka air
c. kadar garam air dan tanah
d. cahaya yang berkorelasi langsung dengan daya tumbuh semaian
e. pasokan dan aliran air tawar
Pada daerah hutan mangrove yang kita kunjungi, kita meenmukan beberapa vegetasi diantaranya : Avicennia yang terletak pada zonasi yang paling dekat dengan sungai rawa, dilanjutkan dengan bruguira pada bagian zonasi yang agak dalam lagi, dan pada zonasi yang lebih dalam lagi, kita temukan Nypah Fructina.

4.      System perakaran pada hutan mangrove
Adaptasi flora mangrove terhadap substrat lumpur dan kondisi tergenang antara lain sebagai berikut :
1.   Akar pensil (pneumathophores). Akar berbentuk seperti tonggak/pensil yang muncul dari sistem akar kabel dan memanjang secara vertikal ke udara, misalnya pada Avicennia dan Sonneratia

2.   Akar lutut (knee root). Akar lutut merupakan modifikasi dari akar kabel yang pada awalnya tumbuh ke arah permukaan kemudian melengkung menuju substrat lagi, misalnya pada Bruguiera
3.   Akar tunjang (stilt root). Akar tunjang merupakan akar yang keluar dari batang pohon dan menancap ke dalam substrat, misalnya pada Rhizopora dan Ceriops

4.   Akar papan (buttres root). Akar ini mirip dengan banir, melebar menjadi bentuk lempeng, misalnya padaHeritiera

5.   Akar gantung (aerial root). Akar gantung merupakan akar yang tidak bercabang yang muncul dari batang atau cabang bagian bawah tetapi biasanya tidak mencapai substrat, misalnya pada Rhizopora, Avicenniadan Acanthus.

5.      Apakah anda melihat buah yang berkecambah di pohon?
Adaptasi lain yang penting diperlihatkan dalam hal perkembang biakan jenis. Lingkungan yang keras di hutan bakau hampir tidak memungkinkan jenis biji-bijian berkecambah dengan normal di atas lumpurnya. Selain kondisi kimiawinya yang ekstrem, kondisi fisik berupa lumpur dan pasang-surut air laut membuat biji sukar mempertahankan daya hidupnya.
Hampir semua jenis flora hutan bakau memiliki biji atau buah yang dapat mengapung, sehingga dapat tersebar dengan mengikuti arus air. Selain itu, banyak dari jenis-jenis mangrove yang bersifat vivipar: yakni biji atau benihnya telah berkecambah sebelum buahnya gugur dari pohon.
Contoh yang paling dikenal barangkali adalah perkecambahan buah-buah bakau (Rhizophora), tengar (Ceriops) atau kendeka (Bruguiera). Buah pohon-pohon ini telah berkecambah dan mengeluarkan akar panjang serupa tombak manakala masih bergantung pada tangkainya. Ketika rontok dan jatuh, buah-buah ini dapat langsung menancap di lumpur di tempat jatuhnya, atau terbawa air pasang, tersangkut dan tumbuh pada bagian lain dari hutan. Kemungkinan lain, terbawa arus laut dan melancong ke tempat-tempat jauh.
Buah nipah (Nypa fruticans) telah muncul pucuknya sementara masih melekat di tandannya. Sementara buah api-api, kaboa (Aegiceras), jeruju (Acanthus) dan beberapa lainnya telah pula berkecambah di pohon, meski tak nampak dari sebelah luarnya. Keistimewaan-keistimewaan ini tak pelak lagi meningkatkan keberhasilan hidup dari anak-anak semai pohon-pohon itu. Anak semai semacam ini disebut dengan istilah propagul.
Propagul-propagul seperti ini dapat terbawa oleh arus dan ombak laut hingga berkilometer-kilometer jauhnya, bahkan mungkin menyeberangi laut atau selat bersama kumpulan sampah-sampah laut lainnya. Propagul dapat ‘tidur’ (dormant) berhari-hari bahkan berbulan, selama perjalanan sampai tiba di lokasi yang cocok. Jika akan tumbuh menetap, beberapa jenis propagul dapat mengubah perbandingan bobot bagian-bagian tubuhnya, sehingga bagian akar mulai tenggelam dan propagul mengambang vertikal di air. Ini memudahkannya untuk tersangkut dan menancap di dasar air dangkal yang berlumpur.
6.Apakah anda melihat lentisel pada permikaan kulit batang?
Vegetasi mangrove memiliki adaptasi anatomi dalam merespon berbagai kondisi eksrim misalkan adanya kelenjar garam pada mangrove secreter dan melepasnya kulit sebagai tanggapan terhadap lingkungan salin pada non-secreter, selain itu sistem perakaran yang khas sebagai tanggapan terhadap tanah yang jenuh air.
Pada jenis mangrove non-secreter kehilangan garam terjadi ketika daun atau bagian tumbuhan lain gugur. Berdasarkan pada jenis mangrove non-secreter memiliki kulit luar yang mati yang jauh lebih tebal dibandingkan jenis-jenis mangrove yang memiliki kelenjar garam. Kulit luar yang mati dan tebal tersebut kemudian mengelupas dan lepas dari tumbuhan serta digantikan oleh kulit yang baru. Hilangnya kulit yang mati dan tebal pada jenis mangrove non-secreter merupakan salah satu mekanisme hilangnya garam dari tumbuhan tersebut.
7.Apakah daun-daun di mangrove memiliki konsistesi tebal atau tipis ?
Sebagian efek dari penyerapan garam adalah gradasi yang secara nyata mengganggu keseimbangan air pada mangrove. Dibawah kondisi yang sesuai, kecepatan tranpirasi mungkin berlipat ganda atau lebih besar, meningkatnya konsentrasi garam pada permukaan daun, sehingga perakaran dapat terbuka terhadap potensi osmotik. Berarti tidak banyak berbeda dari potensial-potensial tekanan hidrostatik pada xilem. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya defisit air selama periode evapotranspirasi yang tinngi. Sebagian besar jenis mangrove tumbuh diwilayah garis lintang rendah yang radiasi matahari dan suhu udara umumnya tinggi. Akibatnya suhu daun lebih tinggi dari suhu sekitarnya, memberikan defisit tekanan uap yang besar diantara daun dan udara sekitarnya, meskipun secara normal terdapat kelembaban yang tinngi pada lingkungan mangrove. Defisit tekanan uap antara daun mangrove dan lingkungannya dapat mencapai 5 kPa. Walaupun tekanan uap besar, evapotranspirasi dari daun mangrove dapat tinggi. Hampir semua jenis mangrove daun-daunnya mempunyai sejumlah kenampakkan anatomi yang membatasi hilangnya uap air. Hal ini mencakup kutikula yang tebal, lapisan lilin dan stomatayang tersembunyi, yang semuanya terdapat hanya pada permukaan abaksial dari beberapa jenis.

Suhu daun dan defisit tekanan uap yang tinggi, dapat mengurangi daya hantar Listrik (DHL) daun menjadi uap air. Meskipun demikian berkurangnya DHL pada daun secara drastis, tidak mengganggu dalam meningkatkan defisit tekanan uap antara daun dan udara. Dengan demikian hilannya air dari daun berkaitan dengan meningkatnya defisit tekanan uap dan suhu daun. Uap air juga, menurun dengan meningkatnya salinitas. Terjadinya perubahan besar dalam hal potensi daun, hanya akan memberikan pengaruh yang sangat kecil terhadap perubahan kadar air pada jaringan.
Daun vegetasi mangrove yang memiliki kutikula yang tebal, lapisan lilin, dan stomata yang tersembunyi serta pengaturan posisi daun, sehingga radiasi sinar matahari terseleksi sepanjang permukaan fotosintetik luas, sementara pemasukan panas per unit luas daun dan suhu menjadi berkurang. Hal ini merupakan adaptasi anatomi yang unik dari daun  mangrove dalam mengatasi cengkaman radiasi sinar matahari dan suhu yang tinggi.






II.   Hutan Rawa Gambut
2.1 Komposisi Jenis Vegetasi dan Struktur Hutan Rawa Gambut

 Ekositem Gambut, sebuah ekosistem yang unik yang lapisannya tersusun dari tim­bunan bahan organik mati yang terawetkan sejak ribuan tahun lalu, dan permu­kaan atasnya hidup berbagai jenis tumbuahan dan satwa liar. Jika bahan organik di bawahnya dan kehidupan diatasnya musnah, maka ekosistem ini tak dapat pulih kembali. Tanah gambut secara alami ter­dapat pada lapisan paling atas. Di bawahya ter­dapat lapisan tanah alluvial pada kedalaman yang bervariasi. Lahan dengan ketebalan tanah gabut kurang dari 50 cm disebut sebagai lahan atau ta­nah bergambut. Disebut sebagai lahan gambut apa­bila ketebalan gambut lebih dari 50 cm. Dengan demikian, lahan gambut adalah lahan rawa dengan ketebalan gambut lebih dari 50 cm.
 secara spasial Hutan Rawa Gambut itu terletak dibagian tengah dari lanskap lahan basah; Sumber air segar satu-satunya secara praktis adalah air hujan, sehingga tak cukup untuk mendekomposisikan bahan organik yang ada, dan meninggalkan genangan air yang kurang Oksigennya bahkan an-aerob (pE < 150 mV). Lapisan gambut bisa mencapai 10 m atau lebih
Pada bagian tepi sungai ke arah dalam, merupakan lahan yang dikenal dengan lahan pasang sururt, air segar selalu berganti sehingga lingkungannya aerob (banyak O2 nya); Vegetasi alami lahan ini, yang dapat dijadikan indikator antara lain: Pulai (Alstonia spp), Jenis2 Nipah, Jabon, dan asosiasi Galam. Lahan ini memiliki lapisan bawah tanah mineral (liat), bersifat masam dan memiliki lapisan pirit. Dalam ilmu tanah dikenal dengan Inceptisol. 
Satu lagi ada tipe lahan yang merupakan asosiasi vegetasi lanskape inii adalah lahan yang berada di perbatasan dengan lahan kering (ke arah daratan) yaitu vegetasi hutan kerangas (Heath Forest). Vegetasi ini ada dua tipe, yaitu lapisan gambut berada di atas tanah mineral (Tanah Spodosol) dan lapisan pasir kwarsa sampai ke lapisan subsoilnya.
Ada beberpa jenis pohon yang secara alami dapat ditemukan mulai dari lahan pasang surut sampai ke arah rawa gambut (dommed) antara lain : Belangiran (Shorea belangeran), Jelutung rawa (Dyera lowiii dan D. polyphylla), Mertapat/Tanah
Pada praktikum kita , kita mendapatkan Vegetasi tumbuh adalah jenis-jenis tanaman yang dominan seperti meranti (shorea spp), balam (palaquium  spp), pandan (pandanus spp) dll. Berdasarkan struktur pohon penysusun hutan rawa gambut ada dua macam tipe hutan yaitu : hutan campuran dan hutan tiang. Hutan campuran ialah hutan yang vegetasinya lebih beragam. Disini juga ditemukan stratifikasi tajuk yan lengkap mulai dari tumbuhan bawah hingga pohon dengan ketinggian 40 meter, hutan rawa gambut di kawasan SM. Danau Pulau Besar Danau Bawah banyak didominasi pandan-pandanan (Pandanus tectorius Soland).

2.2. Pembahasan
Pada hutan rawa gambut kita melakukan beberapa pengukuran dan menggambarkan pola hutan tersebut, yaitu :
No
Nama Vegetasi
dbh
1.
Meranti Kuning
23 cm
2.
Mengkuang
14 cm
Pada pratikum ini, tidak di lakukan semua pengukuran vegetasi dalam plot tersebut namun di ambil pohon yang paling besar kemudian dilakukan pengukran dbh pada pohon di plot tersebut.
Dan Penggambaran pola vertical dan horizontal juga dilakukan, yaitu :

1.Sebutkan kondisi khas pada daerah rawa gambut ?
Kondisi hutan rawa gambut yang kami rasakan. Pastinya memiliki ketebalan seresah yang cukup tinggi, tanahnya yang lembab sehingga jika berjalan harus bisa memilih tanah-tanah yang tidak memiliki ketebalan yang cukup tinggi. Kondisi factor edafik dihutan rawa gambut lebih baik dibanding hutan mangrove dan hutan payau sehingga jenis – jenis pohon yang tumbuh lebih banyak, perakarannya lebih tinggi, dan tajuk nya melapis. Vegetasi pohon yang tumbuh mempunyai karakeristik adanya system perakaran yang mendatar dan rapat. Tetapi keadaan dihutan rawa gambut lebih rapuh, sehingga pada saat angin kencang tanamannya ada yang tumbang.
Lahan gambut di Indonesia pada umumnya mem­bentuk kubah gambut (peat dome). Pada bagian pinggiran kubah, didominasi oleh oleh tumbuhan kayu yang masih memperoleh pasokan hara dari air tanah dan sungai sehingga banyak jenisnya dan um­umnya berdiameter besar. Hutan seperti itu, dise­but hutan rawa campuran (mixed swamp forest).

Menuju ke bagian tengah, letak air tanah sudah ter­lalu dalam sehingga perakaran tumbuhan kayu hu­tan tidak mampu mencapainya. Akibatnya vegetasi hutan hanya memperoleh hara dari air hujan. Veg­etasi mengalami perubahan, jenis-jenis kayu hutan semakin sedikit, relatif kurus dan rata-rata berdiam­eter kecil. Vegetasi hutan seperti itu disebut hutan padang. Gambut tebal yang terbentuk, umumnya bersifat masam dan miskin hara sehingga memiliki kesuburan alami yang rendah sampai sangat ren­dah. Perubahan dari wilayah pinggiran gambut yang relatif kaya hara menjadi wilayah gambut embrogen yang miskin, diperkirakan terjadi pada kedalaman gambut antara 200-300 cm (Suhardjo dan Widjaja-Adhi, 1976).



2. kedalaman gambut pada lokasi praktek ?
Dilokasi kami melakukan praktikum yaitu di hutan zamrut danau besar danau bawah kedalam gambutnya ± 6m
Site Name
:
CAGAR ALAM DANAU BAWAH AND PULAU BESAR


Centerpoint
Latitude
:
0

35

26

N
Logitude :
102

16

15

E
Altitude
:
0
to
6
metres
Area
:
23750
ha
Wetlands:
20000
ha
Status
:

Legislation
:
SK Mentan No.846/Kpts/Um/11/1980 , 25-10/80
Tenure
:
Government of Indonesia
Province
:

            Dari sumber wetland :

3. Mengapa seresah di hutan rawa gambut lebiuh tebal di bandingkan di hutan dataran rendah lainnya ?
Seresah hutan di rawa  gambut lebih tebal di karenakan dekomposisi seresah pada daerah tersebut tidak terjadi sepanjang tahun sehingga dekomposisnya tidak berjalan cepat dan lancar sehingga dengan gugurnya daun sepanjang tahun akan menambah komposisi seresah pada lahan gambut tersebut.
4.Apakah anda menemukan jenis-jenis tumbuhan yang hanya di temui di daerah gambut ?
Ada, salah satunya yaitu mengkuang pada hutan rawa gambut ini. Hal ini dikarenakan adaptasi mengkuang sangat tinggi sehingga tidak mudah untuk ditemukan di tempat lain.
            5.Ada berapa strata tajuk yang anda di temukan pada hutan rawa gambut?
            Strata tujuk tanaman yang ditemui pada daerah hutan rawa gambut yaitu :
• kanopi ( lapisantajuk yang paling atas )
• under stories ( tajuk tegakan bawah/ anakan pohon yang menggantikan pohon- pohon yang mati.
• ground cover ( tajuk tanaman penutup tanah, seperti: semak dan pakis.
• fores floor ( seresah – seresah dan ranting – ranting tanaman yang jatuh dilantai hutan)




III.    Hutan Tanaman Industri di Rawa Gambut

3.1     Komposisi Jenis Vegetasi dan Struktur Hutan Tanaman di Rawa Gambut
Dihutan tanaman yang berada dilahan gambut, PT Arara Abadi Pusako menanam tanaman akasia dan Ekaliptus, karena tanaman  ini yang bagus ditanah yang bergambut dan juga menguntungkan secara ekonomis. Disini jenis tanaman akasia dan eukaliptus yang ditanam yaitu Acacia crassicarpadan EP 05  karena tanaman ini adaptasi nya lebih bagus dari pada akasia dan eukaliptus jenis lain dilahan gambut. Tetapi disini tanaman eukaliptus tersebut hanya percobaan, apabila tanaman ekaliptus ini tumbuh dengan bagus maka dilahan gambut tersebut semuanya ditanam eukaliptus, karena tanaman eukaliptus ini lebih menguntungkan dari pada tanaman akasia, baik dari segi ekonomi maupun perawatan hingga pemanenan.
Struktur hutan tanaman dirawa gambut yaitu terdapat konopi ( lapisan tajuk paling atas)  groun cover ( tajuk tanaman penutup tanah yang terdiri dari semsk dan pakis)



3.2  Praktek Pengelolaan Hutan Tanaman di Rawa Gambut
No
Jenis Pohon
Tt
Diameter Tajuk
Dbh
Nama Lokal
Nama Latin
(m)
(Cm)
(cm)
1
Eucalyptus
EP 05
8.3
110
6.36
2
Eucalyptus
EP 05
9.1
110
6.11
3
Eucalyptus
EP 05
7.8
115
7.76
4
Eucalyptus
EP 05
7.6
113
7.00
5
Eucalyptus
EP 05
8.7
112
8.54
6
Eucalyptus
EP 05
9.0
111
7.3
7
Eucalyptus
EP 05
9.5
110
9.9
8
Eucalyptus
EP 05
9.3
110
8.12
9
Eucalyptus
EP 05
8.7
115
8.3
10
Eucalyptus
EP 05
7.9
116
8.8
11
Eucalyptus
EP 05
8.3
118
7.1
12
Eucalyptus
EP 05
7.6
117
7.96
13
Eucalyptus
EP 05
7.4
118
6.49
14
Eucalyptus
EP 05
7.6
115
7.32
15
Eucalyptus
EP 05
7.6
118
7.33
16
Eucalyptus
EP 05
8.1
117
8.82
17
Eucalyptus
EP 05
7.4
118
6.68
18
Eucalyptus
EP 05
7.6
115
6.36
19
Eucalyptus
EP 05
9.2
114
7.2
20
Eucalyptus
EP 05
9.1
118
8.59
21
Eucalyptus
EP 05
8.2
110
7.13
22
Eucalyptus
EP 05
9.3
112
8.28
23
Eucalyptus
EP 05
9.3
113
9.49
24
Eucalyptus
EP 05
9.6
114
7.96
25
Eucalyptus
EP 05
8.3
116
7.7
26
Eucalyptus
EP 05
8.1
117
8.21
27
Eucalyptus
EP 05
7.4
110
7.61
28
Eucalyptus
EP 05
8.2
112
6.57
29
Eucalyptus
EP 05
8.5
113
7.11
30
Eucalyptus
EP 05
7.7
114
7.21
31
Eucalyptus
EP 05
7.7
117
8.20
32
Eucalyptus
EP 05
7.9
115
7.06
33
Eucalyptus
EP 05
7.4
118
9.25
34
Eucalyptus
EP 05
7.3
113
9.10
35
Eucalyptus
EP 05
8.0
110
8.35
36
Eucalyptus
EP 05
8.1
114
7.25
37
Eucalyptus
EP 05
8.0
113
7.12
38
Eucalyptus
EP 05
9.2
112
6.27
39
Eucalyptus
EP 05
9.1
114
6.21
40
Eucalyptus
EP 05
8.7
115
7.42

3.3  Pembahasan
Pada hutan tanaman di daerah rawa gambut pada PT. Arara Abadi di lakukan praktek dengan mengambil ukuran plot yang berdiameter 8,54 m pada tegakan eucalyptus dan di dapatkan 40 tegakan eucalyptus dalm ukuran plot tersebut dan memiliki diameter ataupun lebar tajuk yang hampir sama karena ini merupakan tegakan dimana memiliki cirri khas vegetasi yang sama ataupun tidak jauh berbeda.

1.      Sebutkan alas an pemilihan pohon yang sejenis pada tanaman HTI tersebut ?
Alasan PT Arara Abadi menanami akasia dan eukaliptus karena ke dua pohon tersebut adalah jenis pohon yang baik untuk di jadikan Pulp maupun pemanfaatan dalam segi ekonomis yang baik. Dan penanaman yang sejenis untuk mempermudah dalam hal penanaman sampai harvesting karena lebih efisien.
Keunggulan Varietas EP 05:
Tanaman : pohon dengan pertumbuhan sangat cepat, kurva pertumbuhan terus meningkat, cocok untuk di dataran rendah dengan curah hujan tinggi, tajuk ramping; Batang : bulat, silindris, lurus (tidak bengkok), seragam, kulit batang/kulit kayu tidak beralur, tipis, halus, coklat keputihan, coklat abu-abu; tutul-tutul putih, cabang kecil-kecil, menyebar; Daun : panjang sekitar 16-18 cm, lebar sekitar 4-5 cm, bentuk memanjang, lebih panjang dari daun E. Pellita, tipe lanset, tunggal, warna hijau keabuan sampai hijau kebiruan, tahan terhadap penyakit karat daun; Tangkai bunga : panjang ibu tangkai sekitar 2 cm, panjang tangkai bunga 0,5 cm dan warna hijau keunguan; Bunga : panjang bunga sekitar 2,5 cm, diameter 0,6-0,8 cm, bentuk bagian atas operculum meruncing, warna bunga bagian pucuk hijau, kekuningan di bagian bawahnya, pembungaan pertama umur 4 tahun, dalam 1 ibu tangkai bunga ada 7 kuncup bunga (florets), posisi keluar bunga diujung ranting/terminalis, inflorescence umbels, axillary, paniculate di cabang-cabang, peduncle sepanjang 2 cm, hypanthium (calyx – tube) turbinate, bagian pedicel sepanjang 1 cm; Buah : panjang buah sekitar 1,5 cm,diameter buah sekitar 0,9 cm,buahnya memundar di bagian atasnya,tanpa garis-garis melingkar di tepiannya, bentuk karangan bunga, payung, majemuk/bertingkat, formasi malai; Biji : panjang biji 2 mm, lebar 1 mm, warna coklat kehitaman; Sifat kimia kayu (pada umur 5 tahun) : Pulpwood properties : active alkali 20%, basic density 508 kg-OD/m3, pulp yield 51,8%, pulpwood productivity 263 kg-OD Pulp / m3 wood, Food Fiber Propertie : fiber length 0,93 mm, fiber coarseness 0,074 mg/mm, Wood Chemistry Properties : extractives content 0,99%, cellulose content 53,9%, lignin content 27,2%; Fingerprint : Computer language : 010010001100010000

Keunggulan Acacia carssicarva :

Acacia crassicarpa merupakan salah satu jenis akasia tropik dan termasuk dalam famili Leguminosae, subfamili Mimosoidea (Turnbull 1986). Akasia yang berasal dari Australia beradabtasi pada lingkungan yang bervariasi baik iklim tropik maupun temperate, basah dan kering, asam dan basa serta salin dan pada tanah yang tidak subur. Kemampuan adaptasi dan pertumbuhannya yang cepat telah membuatnya menjadi terkenal untuk hutan tanaman di banyak Negara dengan tanah terdegradasi pada berbagai kondisi iklim. Penyebaran jenis akasia ini berada pada 8° Lintang Selatan - 20° Lintang Selatan, dan secara alami tumbuh di Papua New Guinea, Irian Jaya bagian selatan dan Australia bagian selatan (Turnbull 1986). Di Australia A. crassicarpa biasanya ditemukan dibelakang garis pantai berbukit pasir, di atas dataran pantai dan kaki bukit. Jenis ini dapat tumbuh hingga ketinggian 200 m dpl, bahkan pernah dijumpai pada ketinggian sekitar 700 m dpl dengan sebaran terbanyak pada daerah bebas kabut, dengan rerata curah hujan tahunan berkisar 1000-2500 mm. Pohon ini tumbuh pada tipe tanah yang bervariasi termasuk pasir pantai yang berkapur, tanah kuning yang berasal dari granit, tanah merah dengan bahan dasar vulkanik, podsolik merah kuning dan tanah aluvial.

Turnbull (1986) A. crassicarpa termasuk jenis dengan daya adaptasi dan toleransi tinggi terhadap kondisi lingkungan yang buruk. Jenis ini dapat tumbuh pada tanah dengan drainase buruk/tergenang, tanah berlumpur, tanah terdegradasi, tanah berpasir. Kemampuan tumbuh yang baik pada berbagai tempat tumbuh, tipe dan kondisi tanah yang buruk menyebabkan jenis ini banyak dipilih untuk rehabilitasi lahan kritis dan konservasi tanah. A. crassicarpa termasuk jenis yang tahan terhadap kekeringan, oleh karena itu jenis ini memiliki nilai penting di daerah semi arid dan arid. A. crassicarpa termasuk jenis cepat tumbuh (fast growing species), pertumbuhannya lebih dari 5 m setelah 16 bulan (Harwood et al. 1993). Dari hasil uji jenis 12 tanaman cepat tumbuh pada umur 14 bulan setelah penanaman, penambahan tinggi dan diameter A. crassicarpa adalah yang terbaik disbanding dengan jenis-jenis akasia dan tanaman cepat tumbuh lainnya (Jayusman 1992). Propenan asal papua New Guinea merupakan jenis cepat tumbuh dibandingkan asal Queensland yang ditanam di Australia, China dan Thailand (Hardwood et al.1993). Densitas kayu sebesar 600-650 kg.m-3 lebih tinggi dibandingkan dengan A. mangium dan A. auriculiformis (Clark et al. 1991) A. crassicarpa memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi dengan CMA dalam hal penyerapan fosfor. Hasil penelitian Husin et al. (2000) menyatakan bahwa inokulasi endomikoriza dari jenis Glomus sp 100-200 gram per pot pada ultisol yang kahat P dapat meningkatkan laju pertumbuhan semai A. mangium. Sedangkan hasil penelitian Lesueur dan Duponnois (2005) menunjukkan simbiosis antara ektomikoriza dan CMA menguntungkan pertumbuhaan berbagai provenan A. crassicarpa dan meningkatkan proses nodulasi oleh Rhizobium. Oleh karena itu, pada kegiatan penanaman jenis ini, sangat disarankan untuk melakukan inokulasi dengan CMA di persemaian untuk meningkatkan pertumbuhannya yang terbaik dilapangan.



2.      Berapa daur panen dari tanaman HTI di PT.Arara Abadi?
Pada lahan gambut PT Arara  Abadi  daur panen tanaman nya yaitu 5 tahun, karena pada 1 - 5 tahun  peningkatan serat tanaman nya tinggi dari pada 5 – seterusnya.
3.      Bagaimana stuktur hutan tanaman di rawa gambut ?
            Struktur tanaman pada hutan tanaman rawa gambut aliran airnya diatur oleh bendungan air baik inlet(Asupan air masuk) dan outlet (Saluran pembuangan) .Dalam pengembangan tata air di kawasan hutan gambut harus dibagai berdasarkan zonasi antar dua sungai, sehingga keberadaan sungai menjadi kunci dalam penentuan zonasi. Kawasan bergambut yang berfungsi sebagai daerah resapan air bagi daerah di bawahnya adalah daerah pada bagian puncak kubah gambut (peat dome), yang dari segi topografi  merupakan daerah atas dan perlu dilindungi supaya fungsi hidrologisnya dapat  dipertahankan. Fungsi hidrologisnya adalah menyerap dan menyimpan air pada musim  hujan sehingga banjir akibat limpasan permukaan (runoff) di daerah bawahnya dapat  dikendalikan, dan melepasnya secara perlahan-lahan dalam bentuk aliran air bawah  permukaan pada musim kemarau sehingga kedalaman air tanah dan kebakaran hutan di  daerah bawahnya dapat dikendalikan. batas dimana luasan Kawasan Lindung perlu dipertahankan supaya fungsi perlindungannya untuk kawasan budidaya HTI di bawahnya dapat terjamin keberlanjutannya. Besarnya kemampuan menyimpan air di kubah gambut secara volumetrik tergantung pada besarnya porositas tanah gambut dan beda elevasi antara E1 dan E2. Porositas tanah gambut tergantung pada tingkat kematangan tanah gambut. Di daerah kubah gambut umumnya kematangannya rendah (Fibrik) karena lahan sering tergenang dengan proses oksidasi yang terhambat. Sifat fisik tanah gambut pada tingkat kematangan fibrik adalah nilai porositas 80% ~ 90% volume, lengas tanah pada kapasitas lapang sekitar 45% volume, berat jenis 0,2 gr/cm3, permeabilitas sekitar 53 – 69 cm/hari (rata-rata 61 cm/hari).





4. HUTAN  TROPIS DI DATARAN RENDAH
4.1 Komposisi Jenis Vegetasi Dan Struktur Hutan Tropis Dataran Rendah.
Vegetasi hutan dataran rendah memiliki keunikan tersendiri.Dua karakteristik utama yang membedakan hutan dataran rendah dengan bioma terestrial lainnya adalah tingginya kerapatan jenis pohon dan status konservasi tumbuhannya yang hampir sebagian besar dikategorikan jarang secara lokal (Clark et al., 1999).Komposisi jenis dan keanekaragaman tumbuhan di hutan tergantung pada beberapa faktor lingkungan seperti kelembaban, nutrisi, cahaya matahari, topografi, batuan induk, karateristik tanah, struktur kanopi dan sejarah tataguna lahan (Hutchincson et al., 1999).
Vegetasi yang tumbuh seperti : Shorea  sp, Diipterocarpus, vatica  sp, Dryobalanops, dll
Sedangkan struktur hutan tropis dataran rendah diseluruh dunia sangat mirip, tetapi dari segi floristsk ada perbedaan yang nyata. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari dominasi jenis atau family pohon pada wilayah tertentu atau pada kondisi tempat tumbuh tertentu.



4.2  Pembahasan
Pada pengambilan plot di dataran rendah dan di arboretum pada ukuran plot 20x20 m maka didapatkan data sebagai berikut :
PLOT 2X2 meter
No
SEMAI
TINGGI(cm)
1
SM A 1
10
2
SM A 2
35
3
SM B
100
4
SM C 1
115
5
SM C 2
80
6
SM C 3
75
7
SM D 1
74.3
8
SM D 2
88.2
9
SM E 1
16
10
SM E 2
70.3
11
SM F
85.4






SAPIHAN 5X5 meter







NO
NAMA
TINGGI(cm)
Dbh (cm)
1
SP A 1
160
4.3
2
SP A 2
170
5.7
3
SP B 1
300
6.5
4
SP B 2
250
7.8
5
SP C
200
5.2
6
SP D 1
180
6.4
7
SP D 2
300
9.2
8
SP E
200
3.7


TIANG 10X10 meter
NO
NAMA
TINGGI(m)
Dbh (Cm)
1
TG A 1
10
14.7
2
TG A 2
15
16.4
3
TG B 1
22
19.5
4
TG B 2
8
12.2
5
TG C
7
11.3
6
TG D
13
15.6
7
TG E1
16
17.4
8
TG E 2
18
18.9
9
TG E 3
9
11.1
10
TG F 1
5
13
11
TG F 2
6
12.5




POHON 20X20 meter
NO
NAMA
TINGGI (m)
Dbh (Cm)
1
Kulim
24
29.4
2
Meranti 1
27
30.2
3
Meranti 2
28
31.5
4
Meranti 3
30
32.7
5
Menpening
28
28.5
6
PH A 1
24
26.8
7
PH A 2
23
27.5
8
PH B
26
30.1
9
PH C
25
28.4
10
PH D 1
29
32.1
11
PH D 2
28
30.5


POLA HORIZONTALdi Arboretum








POLA VERTIKAL di Arboretum


Pada arboretum ini selain terdapat vegetasi berupa meranti, petatai, menpening, kelat , mendarahan, kulim , meranti pirang dan sebagainya juga terdapat konservasi gajah di tempat tersebut dengan gajah tertua berumur 33 tahun bernama Nando. Dan juga pada pengukuran plot 20x20 meter terdapat beberapa anakan hingga pohon dan belum semua di ketahui nama-nama dari vegetasi tersebut.
PERTANYAAN  Hal. 16
1.      Sebutkan kondisi lingkungan yang khas pada daerah dataran tersebut ?

Kondisi lingkungan pada daerah hutan dataran rendah ini sangat berbeda dengan diluarnya, karena dihutan ini tedapat tajuk – tajuk pohon yang cukup rapat sehingga menutupi arah datangnya sinar matahari dan akibatnya suhu yang berada didalam nuyan tersebut lebih rendah dibandinhkan diluarnya, begitu juga dengan kelembaban didalam hutan tersebut lebih tinggi dari pada diluarnya
Hutan di daerah datarn rendah adalah suatu masyarakat kompleks merupakan tempat yang menyediakan pohon dari berbagai ukuran. Dalam buku ini istilah kanopi hutan digunakan sebagai suatu yang  umum untuk menjelaskan masyarakat tumbuhan keseluruhan di atas bumi. Di dalam kanopi iklim micro berbeda dengan diluarnya; cahaya lebih sedikit, kelembaban sangat tinggi, dan temperatur lebih rendah. Banyak dari pohon yang lebih kecil berkembang dalam naungan pohon yang lebih besar di dalam iklim mikro inilah terjadi pertumbuhan. Di atas bentuk pohon dan dalam iklim mikro dari cakupan pertumbuhan kanopi dari berbagai jenis tumbuhan lain: pemanjat, epiphytes, mencekik, tanaman benalu, dan saprophytes.
Pohon dan kebanyakan dari tumbuhan lain berakar pada tanah dan menyerap unsur hara dan air. Daun-Daun yang gugur, Ranting, Cabang, dan bagian lain yang tersedia; makanan untuk sejumlah inang  hewan invertebrata, yang penting seperti rayap, juga untuk jamur dan bakteri. Unsur hara dikembalikan ke tanah lewat pembusukan dari bagian yang jatuh dan dengan pencucian dari daun-daun oleh air hujan. Ini merupakan ciri hutan hujan tropis yang kebanyakan dari gudang unsur hara total ada dalam tumbuhan; secara relatif  kecil di simpan dalam tanah.
Di dalam kanopi hutan, terutama di hutan dataran rendah, disana hidup binatang dengan cakupan luas, hewan veterbrata dan invertebrata, beberapa yang makan bagian tumbuhan, yang memakan hewan. Hubungan timbal balik kompleks ada antara tumbuhan dan binatang, sebagai contoh, dalam hubungan dengan penyerbukan bunga dan penyebaran biji. Beberapa tumbuhan, yang disebut myrmecophytes, menyediakan tempat perlindungan untuk semut di dalam organ yang dimodifikasi. Banyak tumbuhan, menghasilkan bahan-kimia yang berbisa bagi banyak serangga dan cara ini untuk perlindungan diri dari pemangsaan. Keseluruhan masyarakat organik dan lingkungan phisik dan kimianya bersama-sama menyusun dasar ekosistem pada hutan hujan tropis



2.   Apakah ada anakan pohon dan beberapa jenis pohon yang di jumpai?

Iya ada beberapa anakan pohon yang di jumpai pada plot tersebut dan beberapa jenis pohon lainnya karena tidak hanya da ssatu vegetasi saja namun beranekamacamnya.

3.   Adakah strata tajuk yang di temukan ?
Pada hutan tropis didataran rendah terdaoat 3 – 4 strata tajuk, serta pohon – pohon didaerah hutan ini juga memiliki akar banir yang besar yaitu pada tanaman meranti.

4.   Tumbuhan jenis bawah apa saja yanganda temui ?
Dan juga ditemukan tumbuhan bawah berupa semak-semak pada daerah tersebut.





















5. HUTAN TANAMAN DITANAH MINERAL
5.1 Komposisi Jenis Vegetasi Dan Struktur Tanaman Ditanah Mineral
Hutan tanaman ditanah mineral milik PT Arara Abadi Distri Rasau Kuning menanam tanaman ekaliptus, karena tanaman ekaliptus ini lebih menguntungkan secara ekonomi, perawatan dan proses pemanenan.
Sedangkan struktur tanaman dihutan tanaman ditanah mineral yaitu terdiri dari kanopi  ( tajuk yang paling atas ) dan tajuk tanaman penutup tanaah seperti, semak, rumput pakis dan perdu.
Pada saat melakukan praktikum dilapangan karyawan PT Arara Abadi saat melakukan proses pemanenan, pengupasan kulit tanaman dan menanam bibit ekaliptus pada lahan yang telah disiapkan. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan sen cao dan traktor untuk mempermudah proses pemanenan.

5.2  Praktek Pengelolaan Hutan Ditanah Mineral
Di PT Arara Abadi proses pengelolaan hutannya telah diatur oleh perusahaan tersebut, supaya berjalan dengan lancer. Buktinya didalam Hutan Tanaman Industri ( HTI ) tersebut telah ditetapkan berupa:
• Areal tanaman pokok yaitu              ± 70 %
• Areal tanaman unggulan                   ±  10 %
• Areal tanaman kehidupan                 ±  5 %
• Areal tanaman konservasi                 ±  10 %
• Areal sarana dan prasarana               ± 5 %

Dari hal diatas sudah jelas berapa lahan yang boleh diolah dan kemudian dipanen dan ini merupakan ketetapan / peraturan perusahan.

Dihutan tanaman mineral mahasiswa UR hanya melakukan proses penanaman bibit ekaliptus dilahan yang telah siap tanam. Cara penanaman:
• pilih bibit yang sudah siap ditanam dilapangan, salah satu cirinya akarnya kompak, umur 4 bulan, daun 3 – 4 pasang.
• tokok tabung bibit pada bibir tabung, hal ini dilakukan supaya akar bibit yang ada didalam tabung tersebut tidak rusak.
• siapkan lobang tanam, dengan menggunakan tugal.
• tanaman bibit ekaliptus tersebut kelubang tanam yang telah disiapkan
• dipadatkan, dengan cara memadatkan disekeliling bibit tanda tanah tersebut sudah padat yaitu apabila bibit dicabut / digoyang – goyang bibit tidak tumbang atau tercabut.

5.3 Pembahasan
PT Arara Abadi memilih tanaman ekaliptus untuk ditanaman ditanah mineral, karena tanaman eukaliptus ini lebih menguntengkan secara ekonomi, perawatan dan pemanenan.
Diperusahan PT Arara Abadi telah menetapkan bahwa daur panen untuk tanaman ditanah mineral yaitu 5 tahun setelah tanam, karena pada saat tanaman umur 5 tahun serat tanaman nya sudah bagus dan peningkatan serat 1-5 tahun lebih tinggi dibandingkan dari 5 tahun keatasnya.

Struktur hutan tanaman ditanah mineral yaitu:
• kanopi                       = lapisan tajuk paling atas
• under stories                         = tegakan bawah
• groun cover               =  tanaman penutup tanah, seperti rumput- rumputan, semak,            perdu
• forest floor                = lantai hutan, terdiri seresah dan ranting tanaman.


6.PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM
Pada pratikum yang kita lakukan ini selain mengenal kawasan hutan mangrove, hutan rawa gambut dan tanah mineral. Kita juga akan mengenal vegetasi yang ada didalmnya , bentuk perakrannya dan yang mempengaruhi terbentuk ada tidaknya zonasi tersebut. Kita juga mengenal secara langsung bagaimana proses yang dilakukan PT.Arara Abadi dalam pengelolaan hutan dan mendapatkan nilai ekonomis tanpa merugikan factor biologis keadaan tanah tersebut.
Keadaan hutan alam dari tanah mineral dan lahan gambut :
                         Pada lahan gambut dan lahan mineral, kita keatahui bahwasanya pada lahan gambut unsure hara yang dimiliki tidaklah banyak sehingga hanya vegetasi yang dapat beradaptasi tinggi yang mampu hidup disana di tanah memiliki PH tanah yang cukup rendah, namun Ekosistem tanah gambut merupakan ekosistem yang unik. Kawasan ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan ekosistem lain baik secara fisik maupun kimianya. Hal ini memungkinkan bahwa ekosistem ini dihuni oleh spesies-spesies endemik, baik tumbuhan maupun hewan.  Sedangkan pada tanah mineral kita dapat melihat beberapa vegetasi disana.
                        Perbandingan keadaan hutan tanamn di meral dan gambut :
              Pada distrik pusako di tanam Acacia carssicarpa dan Eucalyputus jenis EP 05, sedangkan pada daerah distrik rasau kuning di tanam eucalyptus campuran klon dengan jenis vegetasi lainnya.
• Persamaan
Dilihat dari fungsi hutan secara umum atau secara spesifik yaitu untuk menjaga kesetimbangan alam. seperti tempat hidup, makan dan berkembang biaaknya flora dan fauna, untuk mengurangi polusi udara, mencegah erosi dll.
• Perbedaan
Dari semua tipe hutan ini jenis vegetasinya berbeda ini dikarnakan karena factor edafik atau factor tumbuh tanaman tersebut, karena itu vegetasinya berbeda dan cara tanaman tersebut beradaptas dengan lingkungannya berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, JAR, 1964. The structure and development of the peat swamps of Sarawak and Brunei.Journal of Tropical Geography, 18: 7-16.
Anderson, JAR, 1983. The tropical peat swamps of Western Malesia. In: Gore, A.J.P. (ed.), Ecosystem of the World, Vol. 4B: Mires: Swamp, Bog, Fen and Moor. Elsevier, Amsterdam.
 2011-03-02 | Andri Yudista (http://tnlkepulauanseribu.net/index.php?which=49)
http://www.lablink.or.id/Eko/Wetland/lhbs-mangrove.htm

Giesen, dkk,   -    , A Field Guide of Indonesian Mangrove , Bogor : Wetlands International-Indonesian Programme
Hachinoe, dkk , 1998 , Manual Persemaian Mangrove – di Bali , Denpasar : PT. Indografika Utama












Komentar

Postingan populer dari blog ini

KLIMATOLOGI HUTAN (SUHU MEMPENGARUHI HUTAN DAN VEGETASI)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Hutan yang tumbuh dan berkembang, tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, terutama lingkungan. Di permukaan bumi kurang lebih terdapat 90% biomassa yang terdapat di dalam hutan dalam bentuk pokok kayu, dahan, daun, akar dan seresah, hewan dan jasad renik. Biomassa ini adalah dari hasil fotosintesis, yang berupa sellulose, lignin, gula bersama dengan lemak, protein, damar fenol dan berbagai senyawa lainnya. Berdasarkan hukum alam, biomassa ini dimanfaatkan oleh hewan herbivora, serangga dan jasad renik yang membutuhkan oksigen dan melepaskannya lagi dalam bentuk karbon dioksida dan karbon dioksida ini dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan. Karena kebutuhan manusia maka hukum alam tersebut diubah, hutan dirusak dan dialihkan menjadi penggunaan yang lain. Adapun kesatuan dari lingkungan adalah abiotik, yang terdiri dari cahaya, suhu, tanah, air, udara, zat kimia dan benda mati lainnya, yang mampu menghidupkan organism...

PENGENDALIAN HAMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kehutanan yang saat ini dikembangkan lebih mengarah kepada hutan tanaman dengan sistem monokultur. Salah satu dampak negatif dari sistem monokultur adalah kerentanan terhadap hama dan penyakit, hal ini terjadi karena sumber pakan tersedia dengan melimpah dan dalam wilayah yang luas. Serangan hama dan penyakit jika tidak dikelola dengan tepat maka akan mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem. Selain dari itu, serangan hamadan penyakit berdampak pada prokduktifitas dan kualitas  standing stock yang ada. Diantaranya adalah menurunkan rata-rata pertumbuhan, kualitas kayu, menurunkan daya kecambah biji dan pada dampak yang besar akan mempengaruhi pada kenampakan estetika hutan. Seiring dengan permintaan pasar internasional, pengelola hutan dituntut untuk menghasilkan produk hutan yang berasal dari hutan yang dikelola secara lestari. Prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari telah dirumuskan oleh...

PLANE GEOMETRY

PLANE GEOMETRY Theorems, axioms, definitions Proof. Theorem. Axiom. Initial notions. Definitions. Proof – a reasoning, determining some property. Theorem – a statement, determining some property and requiring a proof. Theorems are called also as lemmas, properties, consequences, rules, criteria, propositions, statements. Proving a theorem, we are based on the earlier determined properties; some of them are also theorems. But some properties are considered in geometry as main ones and are adopted without a proof. Axiom – a statement, determining some property and adopted without a proof. Axioms have been arisen by experience and the experience checks if they are true in totality. It is possible to build a set of axioms by different ways. But it is important that the adopted set of axioms would be sufficient to prove all other geometrical properties and minimal. Changing one axiom in this set by another we must prove the replaced axiom, because now it is not an axio...